GARUT,iNewsGarut.id – Meskipun terkenal karena rasanya yang manis dan mengandung banyak khasiat, nyatanya masih ada yang tidak menyukai buah kurma. Termasuk anak-anak.
Hal itulah yang dialami Risa Kristalia Nurlaila. Hingga akhirnya ia membuat inovasi olahan buah dari Negeri Para Nabi tersebut dengan kombinasi dodol dan cokelat agar anaknya mau memakan kurma.
Dari kreasi mencampur kurma, dodol dan cokelat pula, Risa kemudian membuat produk 'Cokusi Kameumeut' yang bisa dinikmati semua kalangan.
"Ide pembuatan Cokusi ini berawal dari anak saya yang tidak suka buah kurma. Saya coba mengkombinasikan kurma dengan cokelat kesukaannya supaya dia mau makan kurma. Tanpa saya duga, akhirnya anak saya suka," ujar Risa baru-baru ini.
Wanita asal Desa Talagasari, Kecamatan Kadungora, Kabupaten Garut tersebut mengatakan, penambahan isian dodol ke dalam Cokusi buatannya untuk menciptakan cita rasa yang unik. Sehingga legitnya kurma, dodol, cokelat dan keju dapat terasa dalam satu gigitan.
"Saya memilih dodol untuk tambahan kombinasi karena makanan ini khas Garut, daerah saya. Teksturnya yang legit sangat cocok dicampur dengan kurma. Sedangkan untuk penambahan keju supaya di dalam Cokusi ada sensasi gurihnya," papar Risa.
Keunggulan olahan kurma isi dodol ini, menurut Risa, bisa bertahan selama satu tahun dalam suhu ruangan. "Berbeda dengan isian kacang-kacangan seperti kacang mete, bisa lebih singkat ketahanannya. Kalau dodol bisa sampai satu tahun," ungkapnya.
Dipasarkan sejak tahun 2016, kurma dodol buatannya sudah melanglangbuana hingga ke Aceh. "Teman saya dari Aceh, asal muasalnya membawa Cokusi untuk oleh-oleh dan ternyata banyak yang suka. Lalu melihat peluang itu, dia menjadi reseller dan pengiriman ke Aceh pun masih rutin hingga sekarang," tuturnya.
Dengan meraup omzet Rp100-200 juta per bulan, Risa juga memanfaatkan media online dan sejumlah platfrom marketplace untuk menyentuh pangsa pasar ke berbagai daerah. Akan tetapi, efek pandemi Covid -19 rupanya sempat menghentikan produksi Cokusi hampir dua tahun lamanya.
"Kami memulai produksi lagi di tahun 2022 ini. Gencar membranding produk kami, menguatkan branding dulu untuk mengantisipasi resesi jika sewaktu-waktu terjadi," ujarnya.
Selain memasarkan secara online, Cokusi yang ia produksi juga dijual secara offline. Berbeda dengan sistem pemasaran online yang telah menjangkau sejumlah wilayah di Indonesia, penjualan Cokusi secara offline baru tersedia di Kabupaten Garut dan Bandung.
Editor : ii Solihin
Artikel Terkait