GARUT, iNewsGarut.id – Film berjudul "Ambu” berhasil menghipnotis masyarakat Desa Lebak Agung, Kecamatan Karangpawitan, Kabupaten Garut. Kata 'Ambu' yang digunakan sebagai judul film, memiliki arti ibu dalam Bahasa Sunda.
Nuansa budaya Baduy yang begitu kuat serta balutan suasana eksotis alam pedalaman Banten, membuat film yang disutradarai oleh Farid Dermawan ini sukses membawa imaji penontonnya. Penggambaran cerita dengan mudah disampaikan melalui akting menawan sejumlah aktris dan aktor papan atas Indonesia.
Aktris senior Widyawati begitu menghayati saat memainkan peran sosok Ambu Misnah, yang berkonflik dengan putrinya bernama Fatma (Laudya Cynthia Bella). Cerita dalam film bermula saat Fatma terpikat pada seorang pemuda asal Jakarta, Nico (Baim Wong).
Fatma memutuskan untuk mengikuti Nico dan membangun rumah tangga di ibukota. Beberapa tahun kemudian, Fatma dan Nico memiliki seorang putri bernama Nona (Lutesha Shadewa).
Karena suatu alasan, akhirnya Fatma memutuskan pulang ke Baduy bersama Nona. Pertemuan Ambu Misnah, Fatma, dan Nona memunculkan konflik tiga generasi yang terkesan klasik karena perbedaan usia, latar belakang, serta tempat tinggal.
Konflik bertambah panas ketika Nona mulai akrab dengan seorang pemuda asli suku Baduy bernama Jaya (Andri Mashadi). Di luar itu, sinematografi apik yang menyajikan ketenangan dan keasrian alam, begitu memanjakan mata saat penonton mengikuti alur kisah pertentangan antara ibu dan anak ini.
Apresiasi positif pun disampaikan masyarakat usai menonton film pertama yang berlatar budaya Baduy tersebut. Seorang warga Desa Lebak Agung, Lisna (26), mengaku film yang ia tonton bersama warga pada Sabtu 10 Desember 2022 malam itu telah membuatnya terharu. Ia bahkan mengaku sampai meneteskan air mata, saat Ambu Misnah mengetahui kondisi fisik Fatma yang menderita sakit akibat kanker payudara.
"Salah satu adegan yang membuat saya menangis adalah ketika Nona membantu Fatma untuk Mandi. Nona begitu kaget melihat kondisi payudara ibunya dan bertanya ini bagaimana mandiinnya. Ambu kemudian muncul, mengambil alih untuk membantu memandikan Fatma, persis seperti seorang Ibu memandikan anak bayinya dengan sangat hati hati," tutur Lisna pada MNC Portal Indonesia, Minggu (11/12/2022).
Sementara itu, Kepala Pokja Perizinan Pengendalian dan Advokasi Direktorat Perfilman Musik dan Media Kemendikbudristek RI, Nuzul Kristanto, menjelaskan bahwa apresiasi masyarakat Indonesia terhadap film dalam negeri telah meningkat dalam kurun waktu satu tahun terakhir.
"Perkembangan film Indonesia di tahun ini maju pesat, bisa dilihat dari penonton yang datang dan hadir di bioskop melebihi film dari luar negeri," kata Nuzul Kristanto.
Ia pun berharap ke depan akan semakin banyak para sineas Indonesia yang membuat film-film dalam negeri, dengan menyisipkan nilai-nilai budaya dalam setiap karyanya. Dalam kesempatan yang sama, Anggota Komisi X DPR RI, Ferdiansyah, menjelaskan bahwa menyisipkan kearifan lokal dalam film, merupakan salah satu bentuk dari pelestarian budaya.
"Pelestarian budaya lokal melalui film sangat mungkin dilakukan, kecanggihan sinematografi dapat dimanfaatkan di tengah derasnya informasi dan budaya luar yang masuk ke Indonesia. Kita harus bangga dengan ragam budaya yang dimiliki Indonesia, cinta Tanah Air melalui film," ujar Ferdiansyah.
Editor : ii Solihin
Artikel Terkait