GARUT, iNews.id – Dinas Kesehatan (Dinkes) Garut menggelar acara Review Data Elektronik Pencatatan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPGBM) bagi pelaksana gizi dan bidan puskesmas dalam rangka optimalisasi data stunting di Kabupaten Garut Tahun 2022, yang berlangsung di Ballroom Hotel Harmoni, Jalan Cipanas, Kecamatan Tarogong Kaler, Senin (23/5/2022),
Kepala Dinkes Garut, dr. Maskut Farid menyampaikan, kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari instruksi Bupati Garut terkait pencarian stunting bulan Juni nanti. Hal ini dilakukan karena tingginya angka stunting di Kabupaten Garut, berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia (RI).
"Itu pertama memperbaiki data yang valid sesuai dengan Kemenkes, kita kan 7,9 persen (sementara) Kemenkes kan 35,2 persen. Ini kan mana yang benar nih, sudahlah kita ikutin Kemenkes kita cari lagi. Kalau yang 7,9 persen ini udah ada nama-namanya, nah kita ingin cari (yang) 35,2 persen dengan menimbang lagi selama sebulan full kita mencari (data) stunting," papar Kadinkes Garut.
Ia menuturkan setelah mendapatkan data yang valid, pihak Dinkes Garut akan memberikan asupan makanan bagi anak yang mengalami stunting, sehingga diharapkan anak tersebut tidak stunting lagi dan tidak ada penambahan angka stunting.
"Nah inilah yang merupakan pr (tugas) kita terutama di Dinkes ya, harus kita usahakan terutama sejak konsepsi pembuahan bayi sampai 5 tahun ini program-programnya harus kita sukseskan, baik cakupannya maupun juga kualitasnya tidak hanya sekedar formalitas saja," katanya.
Dalam penanganan stunting ini, imbuh Maskut, harus diselesaikan secara bertahap mulai dari monitoring dan evaluasi (monev) lapangan sampai mengetahui sebab akibat anak tersebut bisa mengalami stunting, baik dari sisi ekonomi, pendidikan, lingkungan, atau pola asuh dan hal lainnya.
"Ya setelah punya data ini, setelah kita punya data per desa jumlah stunting, dan masalahnya apa, kalau dia stunting itu (penyebabnya) ada dari sisi ekonomi, apakah pendidikan, apakah lingkungan kumuh, apakah karena pola asuhnya gak benar, apakah karena ada penyakit penyerta di keluarganya (seperti) ada Tuberculosis (TBC), ibunya ada leukemia dan lain-lain," tuturnya.
Melalui pendataan secara masif ini, ia menambahkan, nantinya diharapkan bisa memudahkan semua pihak dalam penanganan stunting di Kabupaten Garut.
"(Misalnya) oh desa ini ternyata pendidikannya kurang bagus nah nanti Dinas Pendidikan (Disdik) masuk kesitu, oh desa ini ternyata asupan air bersih kurang (dan) lingkungannya kotor nanti ada Dinas Perumahan dan Permukiman (Disperkim) masuk kesitu. Nah itu sebagai data untuk teman-teman Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) supaya ikut membantu stunting ini, jadi karena stunting ini kan sebenarnya gambaran dari permasalahan di daerah tidak hanya Dinkes dan (Dinas) KB, tapi semuanya sebenarnya sama," jelas Maskut.
Sementara itu, Sub Koordinator (Subkor) Kesehatan Keluarga dan Gizi, Sri Prihatin mengungkapkan, kegiatan ini diikuti oleh 134 orang, terdiri dari para bidan selaku penanggung jawab Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta para tenaga kesehatan (Nakes) selaku penanggung jawab gizi dari puskesmas yang ada di Kabupaten Garut.
Dalam acara review data e-PPGBM ini ada beberapa penyampaian materi, salah satunya yaitu expose data analisa entry an e-PPGBM bulan Januari tahun 2022.
"Dari kegiatan ini output yang kita harapkan ada persamaan persepsi dari tim teknis yang ada di lapangan ini, (seperti) bagaimana cara mencari data khususnya untuk data stunting yang ada di Kabupaten Garut, ini dalam (proses) pengukuran dan penimbangan balita sebagai sasarannya," tandasnya.
Editor : ii Solihin
Artikel Terkait