GARUT,iNewsGarut.id – Upacara Siraman dan Ngalungsur Geni yang dilaksanakan oleh warga masyarakat Desa Dangiang, Kecamatan Banjarwangi, Kabupaten Garut, memiliki makna dan arti penting yang diwariskan oleh para leluhur terdahulu.
Siraman artinya mencuci, Ngalungsur berarti mewariskan atau meneruskan, dan Geni adalah salah satu nama benda pusaka meriam bernama Guntur Geni yang merupakan senjata peninggalan dari Eyang Gusti Batara Turus Bawa, yakni salah satu pendiri Desa Dangiang.
Dengan demikian, Upacara Siraman dan Ngalungsur Geni ini memiliki arti mencuci dan meneruskan (mewarisi) kesaktian benda-benda pusaka milik leluhur, sekaligus sebagai penghormatan pada leluhur sebagai cikal bakal pendiri desa.
Benda-benda pusaka tersebut disimpan di dalam peti khusus berukuran kurang lebih 1 x 2 meter, yang diletakkan di Rumah Joglo, yakni sebuah rumah khusus tempat menyimpan benda pusaka.
Ngalungsur Geni kemudian diartikan menurunkan atau mengeluarkan benda-benda pusaka peninggalan leluhur, yang disimpan di Rumah Joglo maupun yang disimpan oleh perorangan di rumah-rumah warga, untuk kemudian dicuci atau dimandikan di setiap bulan Maulid (bulan hijriyah).
Tahapan dalam Upacara Siraman dan Ngalungsur Geni yaitu ngalirap, yang artinya adalah bergotong royong untuk membuat pagar baru di sekitar Rumah Joglo, membersihkan jalan, masjid, dan makam. Kegiatan ini dilakukan pagi hingga sore hari. Malamnya, dilaksanakan acara membuka sejarah desa yang dipimpin oleh kuncen (juru kunci) di Joglo hingga dini hari.
Usai menceritakan sejarah desa, dilanjutkan ziarah ke makam leluhur Eyang Batara Turus Bawa, dan sekitar pukul 11.00 WIB, warga masyarakat kembali ke Rumah Joglo untuk melaksanakan upacara mencuci benda pusaka.
Prosesi mencuci benda pusaka dilakukan di Sungai Cidangiang yang jaraknya sekitar 300 meter dari Joglo, air bekas cucian benda pusaka ini dipercaya masyarakat dapat memberi berkah keselamatan, kesehatan, dan keberhasilan.
Setelah benda pusaka dicuci, kemudian dimasukan lagi kedalam peti dan disimpan kembali ke ruang khusus yang ada di Joglo. Kemudian dilanjutkan do'a dan makan bersama, diikuti semua warga khususnya yang berasal dari Desa Dangiang. Tumpeng dan hasil bumi yang dibuat oleh ibu-ibu sebagai hantaran tuang untuk dimakan bersama keluarga sebagai rasa syukur guna memetik keberkahan.
Salah seorang juru kunci, Ustadz Entang, saat diwawancarai iNewsGarut.id menjelaskan adanya agenda ritual tahunan ini setiap tanggal 14 Maulid (bulan hijriyah) yang pertama untuk mengukuhkan akidah Ahli Sunnah Waljama'ah (Aswaja) yang ada di desanya karena sudah turun temurun. Bahkan menurutnya, kelompoknya ini tidak kemasukan oleh organisasi apapun, karena ini sudah turun temurun untuk memperkuat budaya lokal.
"Dengan adanya hikmah penyiraman benda pusaka atau ada buka sejarah atau sebagainya itu alhamdulillah akan meningkatkan kualitas dan kuantitas adat sendiri supaya tidak punah," katanya, Senin (10/10/2022).
Ia menyebutkan, dalam kegiatan melaksanakan menyiram benda pusaka beranekaragam, ada meriam, pedang, keris, dan lain-lain. Bahkan kalau dihitung di tiap kampung itu ratusan benda pusaka yang ada di masyarakat.
"Alhamdulillah dengan adanya ritual ini dengan bernuansa islami itu dikaitkan dengan 14 Maulid, karena dari awal mula leluhur kita diadakan Maulid Akbar disini jadi mengadakan kepada bulan Maulid ini kenapa benda pusaka ini disiram itu sebetulnya bukan minta kepada benda-benda pusaka atau berziarah ke makam-makan minta ke yang di makam, cuma untuk mengingat perjuangan beliau-beliau," paparnya.
Ia berharap semoga dengan adanya budaya seperti ini, warga masyarakat Desa Dangiang semuanya mendapat berkah, hakikat, dari Allah SWT.
Sementara itu, Kepala Desa Dangiang, Agus, ia mengatakan agenda rutin tahunan setiap 14 Maulid di hari Kamis atau Senin, warga masyarakat di desanya sudah jadi agenda khusus untuk memelihara benda pusaka peninggalan leluhur, karena dianggap bahwa kegiatan ini sangat sakral untuk dipelihara.
"Jenis benda pusaka ada keris, meriam, golok, dan ada juga di tempat-tempat lain di desa kami ada beberapa tempat pusaka cuman yang sangat spesialnya di Rumah Joglo," tandasnya.
Editor : ii Solihin
Artikel Terkait