GARUT, iNewsGarut.id – Budidaya tanaman buah dalam pot (tabulampot) semakin diminati. Pemuda asal Kecamatan Singajaya, Kabupaten Garut ini turut menggeluti bidang tersebut.
Awal mulanya sejak pandemi Covid-19, sekitar satu tahun yang lalu dirinya termotivasi karena selama pandemi ketahanan pangan sangat diperlukan. Kemudian ia mencoba memulai menanam tabulampot dan hasilnya bisa dikonsumsi sendiri ataupun dijual.
Saat diwawancari langsung iNews.id, Sanjaya (32) atau sapaan akrabnya Kng Atox warga Kampung Limustilu, Desa Ciudian, Kecamatan Singajaya, mengatakan tahap awal menanam tabulampot yakni dengan cara stek.
"Pohon utama harus yang sudah tua usianya sekitar 4 sampai 5 tahun dan harus benar-benar sudah berbuah. Kemudian dicangkok setelah ada akarnya, dipotong lalu ditanam di dalam pot," katanya, Jum'at (23/12/2022).
Ia menyebutkan, jenis tanaman yang cocok dijadikan tabulampot biasanya ditanam buah-buahan, mulai dari jambu air, jambu cristal, murbey, strobery gunung, mangga, dan sebagainya.
"Semua itu tergantung media tanam dan perawatannya. Juga yang paling penting sistem penyiraman yang teratur," ujarnya.
Lanjutnya, untuk jenis pupuk ia menggunakan pupuk alami dari sisa-sisa makanan dan ditambah bumbu dapur, juga kotoran kambing yang disimpan di dalam wadah besar.
"Sisa-sisa makanan itu seperti sayur yang sudah basi dan juga limbah bahan makanan dari jenis sayur, kemudian tulang ikan itu disatukan di dalam wadah, kemudian dicampur air beras dan kotoran kambing, kemudian ditambah mecin di aduk dan ditutup rapat selama 1 bulan untuk proses permentasi dan itu harus terkena sinar matahari," paparnya.
Sementara untuk media tanam yang menggunakan tanah, kata Sanjaya, cukup murni saja tetapi harus dicampur dengan beberapa media tambahan agar tanaman cepat subur dan akar kuat, tidak busuk karena cangkok atau stek rentan di akar.
"Ada beberapa bahan media tanam yang dapat diaplikasikan, tahap awal masukan tanah murni ke dalam pot secukupnya, kemudian masukan lagi sekam padi yang sudah busuk atau dibakar. Jangan gunakan sekam padi yang baru, karena akan menimbulkan panas sehingga akar layu dan akan mati. Dan yang terpenting pasir sungai juga diaplikasikan dalam media tersebut lalu diaduk dan biarkan 2 minggu sebelum ditanami," jelasnya.
Ia menyebut harga per tabulampot untuk yang sedang berbuah bisa mencapai Rp. 200.000 - Rp. 1.000.000 tergantung dari jenis buah. Semakin langka maka akan semakin mahal.
"Prospeknya masih sangat bagus. Apalagi muncul ancaman krisis pangan dan krisis energi. Tabulampot ini adalah solusi ketahanan pangan di lahan terbatas dan sebagai ladang usaha baru," tandasnya.
Editor : ii Solihin
Artikel Terkait