GARUT, iNewsGarut.id – Puluhan penyuluh agama perwakilan seluruh Kantor Urusan Agama (KUA) Kementerian Agama (Kemenag) Garut, Jawa Barat, mendapat pelatihan dasar jurnalistik dan bijak dalam menggunakan media sosial (Medsos).
“Kegiatan pengenalan media bagi kalangan penyuluh sangat penting untuk menyampaikan informasi yang tepat dan bermanfaat bagi masyarakat,” ujar Kepala Kemenag Garut Cece Hidayat, di sela-sela pembukaan Pelatihan dasar jurnalistik dan bijak menggunakan media sosial di Aula Kemenag Garut, Rabu (29/3/2023).
Menurutnya, kemajuan era teknologi informasi yang dibuktikan menjamurnya sarana Medsos saat ini, menuntun para penyuluh melek terhadap setiap perubahan akses informasi yang terjadi di tengah masyarakat.
“Mau tidak mau kami ajak mereka untuk lebih lebih faham dan melek informasi,” kata dia.
Hadirnya Tiktok, Instagram, Youtube, hingga pencari berita Google, Youtube dan lainnya, bisa menjadi sarana para penyuluh untuk menyalurkan, sekaligus mencari informasi yang tepat bagi masyarakat.
“Minimal dengan kegiatan ini mampu membuka cakrawala baru bagi penyuluh memahami dunia informasi berita melalui smartphone baik yang terjadi di media mainstream termasuk medsos,” kata dia.
Tidak hanya itu, hadirnya nara sumber dari kalangan jurnalis serta praktisi media, mampu memberikan pengetahuan baru bagi penyuluh seputar dunia jurnalistik.
“Termasuk kami mendukung intruksi Kanwil (Kantor Wilayah) provinsi agar penyuluh mampu membuat minimal beberapa konten informasi tiap hari bagi masyarakat,” kata dia.
Aam, salah satu peserta pelatihan tersebut mengaku terbantu dengan hadirnya kegiatan jurnalistik tersebut. Menurutnya, sudah saatnya kalangan penyuluh di seluruh KUA di Garut melek literasi digital dalam mendapatkan dan menyebarkan informasi.
“Meskipun waktu pelatihan terbilang singkat, namun banyak informasi baru yang kami peroleh seputar literasi digital, media, termasuk media sosial,” kata dia.
Melihat besarnya manfaat yang diperoleh, Ia berharap Kemenag Garut bisa menggelar kegiatan serupa secara berkala untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan literasi para penyuluh.
“Minimal setahun dua kali dan langsung praktek di lapangan,” kata dia.
Editor : ii Solihin
Artikel Terkait