Kemudian, pihaknya pun melakukan pemantauan verifikasi ke lapangan. Artinya, Asep menuturkan, apakah DBD ini ada jentik nyamuk tidak di lokasi tersebut.
"Jangan sampai orang bepergian ke luar terus datang ke Garut DBD, jangan-jangan Ia digigitnya di luar Garut. Nah kita pastikan dengan melihat jentik nyamuk di sekitar rumahnya,"tuturnya.
Selanjutnya, imbuhnya, melakukan penyelidikan epidemiologi siapa saja yang berisiko di rumah tersebut. "Ada satu kasus kita kejar kontaknya, jangan -jangan orang itu Sama terkena DBD, kemudian melakukan pengendalian vektor, kalau nyamuknya dewasa kita lakukan fogging, tapi jika nyamuknya masih berbentuk jentik atau larva kita lakukan abatusasi atau pemberian serbuk Abate,"imbuhnya.
Yang paling utama, Kata Asep, melakukan sosialisasi atau advokasi pada masyarakat dengan kegiatan 3M plusnya.
"Sosialisasi tentang 3M plus yakni mengubur, menguras, dan sebagainya plus dengan pemberian obat nyamuk,"katanya.
Penyebaran demam berdarah di Kabupaten Garut tidak hanya di satu tempat dan hampir merata. Tetapi biasanya menyebar di penduduknya yang banyak tentunya di daerah Kecamatan Garut kota, Tarogong Kaler dan Kidul, Kemudian kecamatan Karangpawitan.
"Makin banyak jumlah penduduk dan memiliki sifat yang kurang baik dalam kesehatan misalkan memelihara burung lupa mengganti air minumnya atau di beberapa tempat wadah air itu berisiko terjangkit DBD," ucap Asep.
Diketahui Berdasarkan data Kemenkes, hingga minggu ke-22 tahun 2023, jumlah kumulatif kasus dengue di Indonesia sebanyak 35.694 kasus (terbanyak di Jawa Barat yang mencapai 6.398 kasus). Sedangkan jumlah kematian sebanyak 270 kasus dan paling banyak ditemukan di Jawa Tengah (68 kasus).
Editor : ii Solihin
Artikel Terkait