Sumedang, iNewsGarut.id – Kearifan budaya lokal di Pasir Biru, Kecamayan Rancakalong, Sumedang, Jawa barat masih terasa dengan hadirnya tata kelola alam yang masih tradisional.
Salah satu tata kelola alam yang masih tradisional adalah pengelolaan pertanian (sawah) di tengah transformasi kecanggihan teknologi informasi dewasa ini.
Ada salah satunya seni tarawangsa yang menjadi media dalam pelaksanaan perkawinan maupun penanaman tanaman. Dalam seni ini terekam tentang ketaatan dan kepatuhan pada norma, nilai, adat yang menjadi alat menjaga ketahanan sosial warganya. Keteguhan pada nilai dan tradisi ini dalam hal pertanian, juga mampu menjadi pilar ketahanan pangan.
Pandangan mata saat melihat lahan persawahan, sangat tertata baik sesuai kontur tanah, demikian juga saat melihat pemukinan, terstruktur dalam bentuk terhimpun di satu lokasi dikelilingi lahan persawahan (nucles village).
Tim Poltekesos Bandung, yang tergabung dalam kegiatan pengabdian masyarakat mendalami lebih lanjut kekhasan budaya ini, sebagai bahan bagi memperkuat ketahanan sosial dan menjaga integritas kearifan lokalnya.
Tim Pengabdian Masyarakat Poltekesos dari Unit Kajian Masyarakat Adat, Transisi dan Lingkungan; Helly, Marwanti, Dewi Rani, Aam Komala, Suharma, Agung didampingi mahasiswa, Sadam melakukan investigasi terkait potensi dan masalah, sebagai bahan bagi menentukan langkah intervensi ke depan.
"Ini sebuah potensi yang harus kita jaga ditengah perubahan jaman,” kata Marwanti saat melakukan pendalaman.
Sementara itu menurut Helly, kearifan lokal adalah benteng bagi ketahanan sosial warga, sebagai ciri khas budaya bangsa Indonesia.
Hadir pula dalam pendalaman dari beberapa tokoh adat, tokoh budaya, dan generasi muda (karang taruna) dari desa Pasir Biru.
Dijelaskan Direktur Poltekesos, Suharma, pelestarian nilai budaya menjadi perhatian kemensos juga, sebagai media bagi menjaga ketahanan sosial dan kesetiakawanan sosial.
Editor : ii Solihin
Artikel Terkait