"Waktu itu dibahas bibit kedelai unggul yang percontohannya dilakukan di Bogor. Kami minta agar Garut menjadi daerah percontohan bibit kedelai unggul kedua," katanya.
Menurutnya, hasil produksi dari bibit kedelai unggul ini sangat potensial bagi keekonomian para petani pada sektor pertanian, serta produksi tahu tempe karena memiliki kualitas sebagai bahan baku utama.
"Jadi dari 1 hektare (ha) itu panennya lebih besar, lebih unggul. Bibit bagus akan produktif, produksinya besar, sebenarnya bukan tidak menarik, tapi buat petani itu cuma dari sisi harga dari sisi cost (biaya) dan ekonomi tidak menarik, kalau produksinya besar, komoditas yang bagus, saya kira petani akan banyak menanam kedelai," papar Wabup Garut.
Sementara itu, seorang pengrajin tempe asal Kecamatan Tarogong Kidul, Abdul Azis (38), membeberkan alasan dia tak menggunakan kedelai lokal dan lebih memilih kedelai impor sebagai bahan baku produksinya.
"Pertama dari segi kualitas, kualitas tempe yang menggunakan kedelai lokal sebagai bahan baku tidak sebaik yang berbahan dasar kedelai impor," kata Abdul Aziz.
Ia juga menyebut harga kedelai lokal per kg lebih mahal daripada kedelai impor. "Jika sekarang kedelai impor sudah mahal, maka yang lokal pasti lebih mahal lagi," ungkapnya.
Editor : ii Solihin