get app
inews
Aa Read Next : Tingkatkan Kesadaran Hukum di Masyarakat, Desa Wanajaya Sosialisasi Kadarkum

Legenda Susunan Batuwangi Ciudian Garut yang Kini Masih di Keramatkan

Senin, 04 Maret 2024 | 20:37 WIB
header img
Patileman Susunan Eyang Batuwangi, di Kampung Taringgul, Desa Ciudian, Kecamatan Singajaya. Foto : iNewsGarut.id/Indra Sanjaya.

GARUT, iNewsGarut.id – Pada tahun 932 hingga 1759 Masehi terdapat sebuah kerajaan yang terletak di Desa Ciudian, Kecamatan Singajaya, Kabupaten Garut, yang disebut dengan kerajaan Batuwangi.

Kerajaan Batuwangi ini di pimpin oleh seorang raja yang bernama Marjyahiang Bayu Prabu Pahayu Kinasihan yang merupakan putra dari Sunan Batuwangi.

Salah seorang sesepuh warga Ciudian, Abah Oleh (60), ia menyebut Kerjaan Batuwangi ini membentang dari pamegatan Pacing Pendeuy hingga pamegatan Cikajang. Eyang  (Embah) Batuwangi datang ke Ciudian bermaksud menyebarkan ajaran agama Islam. 

"Eyang Dalem Batuwangi punya dua orang anak, perempuan dan laki-laki. Anak yang paling besar adalah laki-laki, dan yang kedua adalah perempuan yang berparas cantik," katanya.

Pada suatu waktu ada seorang pria dari daerah Sukapura Tasikmalaya, yang datang menemui Eyang Dalem Batuwangi untuk melamar dan mempersunting anak gadisnya. 

"Sewaktu acara pernikahan, setelah akad nikah selesai dilanjutkan dengan acara adat Sunda yaitu Huap Lingkung (saling menyuapi antar kedua pengantin) dilanjutkan dengan pabetot-betot bakakak hayam (kedua pengantin saling tarik menarik ayam bakar)," katanya.

Tidak diduga pada saat sedang tarik-menarik ayam bakar tersebut tiba-tiba kepala ayam pecah dan nodanya kena pada baju bagian payudara pengantin perempuan. 

"Kakak laki-laki tersebut tidak tinggal diam, karena merasa sayang pada adiknya itu dan tidak ada maksud lain, Dia melap noda dari kepala ayam tersebut yang menempel pada baju bagian payudara sang adik, yang sedang menjadi pengantin pada saat itu," imbuhnya.

Pada saat kejadian tersebut terlihat dengan jelas oleh mempelai laki-laki yang berada di sebelah pinggir tempat duduk pengantin perempuan. Akhirnya yang menjadi suaminya marah besar hingga terjadilah pertengkaran.

"Akibat kesalah pahaman tersebut terjadilah pertengkaran hebat hingga keduanya gugur sampai saling membunuh. Pengantin perempuan sangat terpukul dengan peristiwa itu, yang akhirnya dia pun mengakhiri hidupnya," paparnya.

Dari peristiwa itu Mbah Dalem Batuwangi mengucapkan sebuah sumpah Cadu tujuh turunan ngadahar hulu hayam (Tujuh keturunan sumpah untuk tidak memakan kepala ayam).

"Dari kejadian tersebut, maka keturunan-keturunan Eyang Dalem Batuwangi dilarang memakan kepala ayam. Kalau ada yang melanggar maka akan terjadi sesuatu pada dirinya," imbuhnya.

Sampai sekarang khususnya keturunan Batuwangi seperti di Kampung Limustilu, Desa Ciudian itu tidak ada yang berani memakan kepala ayam.

"Ya termasuk abah juga tidak berani memakan kepala ayam. Legenda ini bukan sekedar mitos belaka tapi masih di keramatkan dan dipercaya oleh warga sekitar Susunan Batuwangi," pungkasnya.

Editor : ii Solihin

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut