get app
inews
Aa Text
Read Next : Gebyar Muharram di Ponpes Miftahul Huda Al Basyariah, Balon Bupati Garut Dudung Sudiana menghadiri

Panglima Santri Jabar Geram Pesantren Disebut Produk dari Orang-orang Radikal

Rabu, 16 Maret 2022 | 14:02 WIB
header img
Panglima Santri Jawa Barat (Jabar) Uu Ruzhanul Ulum.

GARUT, iNews.id Panglima Santri Jawa Barat (Jabar) Uu Ruzhanul Ulum geram dengan adanya pernyataan terkait pondok pesantren (ponpes) yang dipandang sebagai produk dari orang-orang radikal. 

Menurut Uu, ponpes sangat berjasa dan berperan serta dalam melahirkan generasi yang mampu mengamalkan Pancasila.

“Saya sebagai kelompok pesantren, tersinggung dan tidak terima pesantren disebut produk orang radikal. Justru produk pesantren adalah orang-orang yang berjasa terhadap bangsa dan negara, terutama dalam implementasi Pancasila,” tutur Uu, Rabu 16 Maret 2022.

Ia mengungkapkan, sangat tidak tepat jika menyandingkan ponpes sebagai bentuk tindakan radikal. Menurutnya, radikalisme merupakan tindakan memaksakan pandangan maupun kehendak yang dilakukan oleh individu maupun kelompok tertentu, dengan menghalalkan segala cara. 

“Yang dinamakan radikal itu seseorang ataupun kelompok yang memaksakan kehendak maupun keinginan, yang bertentangan dengan agama dan darigama. Menghalalkan segala cara, yang penting mereka berhasil tujuannya,” ujarnya.

Sementara itu, menanggapi pernyataan pendeta Saifuddin Ibrahim terkait 300 ayat Al Qur’an yang harus dihapus atau direvisi karena mengandung nilai-nilai radikalisme. Menurut Uu, jangankan pendeta, umat muslim pun tidak memiliki kebebasan untuk menafsirkan sendiri ayat-ayat Al Qur’an. 

“Umat Islam saja tidak diberi kebebasan untuk menafsirkan sendiri, apalagi non muslim seperti pendeta,” tegasnya.

Karena untuk menafsirkannya tidak cukup dengan tekstual saja, tapi juga konteksnya pun harus dipahami dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Bahkan Para ulama juga minimal harus paham 12 fan (bidang ilmu) agama Islam, yang membutuhkan waktu sedikitnya 12 tahun dalam mendalami dan memahaminya.

“Untuk mempelajari 12 fan ilmu Islam itu di pesantren saya butuh 12 tahun. Dan selama 12 tahun itu tidak bisa dengan mandiri, harus ada sampingan ilmu yang lain,” katanya.

Dengan adanya kejadian tersebut, Uu berharap masyarakat Jabar tidak terprovokasi dan Ia juga meminta masyarakat lebih kritis lagi dalam menerima informasi serta tidak mudah percaya pada penjelasan pendeta Saifuddin yang dinilainya sudah menyakiti hati muslim.

“Saya harap masyarakat jangan terjebak dengan statement itu, atau terkecoh dan mengiyakan apa yang disampaikan oleh pendeta tersebut. Kita tetap saja sebagai umat Islam, pegang apa yang disampaikan oleh para kiai dan ulama,” harapnya.

Editor : ii Solihin

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut