Logo Network
Network

Hewan Langka Jenis Macan Tutul Jawa Tertangkap Kamera di Gunung Sanggabuana, Warga Geger

Agung Bakti Sarasa
.
Senin, 20 September 2021 | 11:51 WIB
Hewan Langka Jenis Macan Tutul Jawa Tertangkap Kamera di Gunung Sanggabuana, Warga Geger
Hewan langka jenis macan tutul Jawa tertangkap kamera perangkap di Gunung Sanggabuana Karawang.(Foto:Dok Dedi Mulyadi)

KARAWANG, iNews.id -  Hewan langka jenis macan tutul Jawa tertangkap kamera perangkap di kawasan Gunung Sanggabuana di Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Penemuan ini, membuat heboh masyarakat Karawang.

Penemuan hewan langka yang dilindungi tersebut merupakan hasil ekspedisi Sanggabuana Wildlife Expedition bersama Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Dedi Mulyadi dan sejumlah otoritas terkait dengan konservasi alam.

Menurut Dedi Mulyadi, penemuan macan tutul jawa tersebut diawali laporan terkait temuan tim Sanggabuana Wildlife Expedition yang telah melakukan penelusuran macan tutul jawa di hutan Gunung Sanggabuana sejak Juli 2020 lalu kepada Komisi IV DPR RI.

BACA JUGA:

TNI Temukan Hewan Langka saat Patroli di Perbatasan Indonesia-Malaysia

Menindaklanjuti laporan tersebut, Dedi kemudian memberikan dukungan kepada tim ekspedisi untuk memantau keberadaan hewan bernama latin Panthera pardus melas itu dengan kamera perangkap.

Tidak hanya itu, Dedi pun berkoordinasi dengan Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Ir Wiratno untuk menurunkan tim ke hutan Gunung Sanggabuana.

Melalui koordinasi tersebut, KSDA kemudian mendelegasikan Kepala Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS), Ahmad Munawir yang datang bersama tim 5 orang serta 20 unit kamera trap.

Kemudian, pada Jumat, 17 September 2021 lalu, Dedi bersama tim Sanggabuana Wildlife Expedition dan Kepala Balai TNGHS kembali masuk hutan Gunung Sanggabuana untuk memeriksa kamera perangkap yang telah dipasang.

Dari 22 kamera perangkap yang disiapkan, 10 unit di antaranya, yakni 8 unit dari TNGHS dan 2 unit dari Dedi Mulyadi dipasang di sejumlah titik yang diduga menjadi titik perlintasan macan tutul jawa.

Kamera perangkap dengan sensor gerak dan infra merah yang dipasang mantan bupati Purwakarta dan tim Sanggabuana Wildlife Expedition ini ternyata berhasil merekam macan tutul jawa.

Di salah satu titik pemasangan, dua kamera dipasang berhadapan. Satu kamera dengan mode perekaman video dan satu kamera lainnya dengan mode perekaman foto. Dua kamera ini berhasil merekam pergerakan macan tutul jawa pada tanggal 11 September 2021 pukul 05.16.30 WIB.

Selain merekam macan tutul jawa, sejumlah kamera perangkap yang dipasang juga berhasil merekam musang, babi hutan, hingga rusa serta masyarakat yang berkegiatan di dalam hutan.

"Kita sengaja memasang kamera perangkap ini untuk membuktikan keberadaan satwa langka endemik jawa yang ada di gunung Sanggabuana," ujar Dedi, Senin (20/9/2021).

Kegiatan tersebut, lanjut Dedi, sekaligus sebagai bentuk dukungan atas penelitian dan kajian yang dilakukan oleh tim Sanggabuana Wildlife Expedition yang sudah dilakukan sejak 2020 lalu.

"Jadi temuan dari teman-teman ekspedisi ini perlu dibuktikan secara visual, dan saya turun langsung ke lapangan. Mereka perlu bantuan kamera trap, kita usahakan untuk dibantu. Kekurangannya disuport oleh Pak Dirjen dengan mengirim tim dari Halimun Salak," ungkap Dedi.

Selama ekspedisi, Dedi pun mengaku menyaksikan sendiri owa jawa bergelantungan di hutan dan elang jawa terbang di atas hutan Gunung Sanggabuana.

"Hewan-hewan endemik itu masih bebas beterbangan. Saya akan ajukan Sanggabuana menjadi Taman Nasional," tegas Dedi.

Sementara itu, Leader Sanggabuana Wildlife Expedition yang juga peneliti satwa liar, Bernard T Wahyu Wiryanta mengatakan, tertangkapnya macan tutul jawa melalui kamera perangkap merupakan kabar yang menggembirakan.

"Ini bukan hanya berlaku untuk macan tutul jawa saja, tetapi juga untuk elang jawa (Nisaetus bartelsi), owa jawa (Hylobates moloch) dan lutung jawa (Trachypithecus auratus). Empat spesies satwa endemik jawa ini banyak ditemukan di Sanggabuana, yang notabene bukan kawasan konservasi. Dan populasinya masih banyak," papar Bernard.

Editor : Sazili Mustofa

Follow Berita iNews Garut di Google News

Bagikan Artikel Ini