Banjir Terjang Garut, Perhutani: Tak Ada Erosi di Hulu Cimanuk

Fani Ferdiansyah
Proses pembersihan kawasan permukiman terdampak banjir Jumat (15/7/2022) lalu masih berlangsung hingga Kamis (21/7/2022) ini. Di beberapa lokasi, pembersihan melibatkan alat berat karena lumpur yang terbawa banjir sangat tebal.

GARUT, iNews.id Perum Perhutani KPH Garut telah melakukan peninjauan terhadap kawasan hutan yang menjadi hulu Sungai Cimanuk, di Gunung Mandalagiri, Desa Cikandang, Kecamatan Cikajang. Dari hasil peninjauan itu, Perhutani tidak menemukan longsoran dan erosi pada hulu sungai.

Kepala Sub Seksi Hukum Kepatuhan dan Komunikasi Perum Perhutani KPH Garut Ade Sahdan, menjelaskan bila kondisi lahan di wilayah hulu Sungai Cimanuk, Cipeujeuh, Cikamiri, dan lainnya normal. 

"Kami sudah melakukan pemantauan ke lapangan secara langsung di lokasi-lokasi hulu sungai, seperti Cimanuk, Cipeujeuh, Cikamiri dan lainnya pada Sabtu (16/7/2022) lalu. Semua tampak normal tidak ditemukan longsor dan erosi," kata Ade Sahdan, Kamis (21/7/2022). 

Menurut dia, pemantauan ke wilayah hulu sangat penting untuk mengetahui apakah telah terjadi alih fungsi hutan atau tidak. Belajar dari pengalaman bencana banjir bandang di 2016 lalu, alih fungsi lahan telah menyebabkan longsor dan erosi di kawasan hulu. 

"Mewakili Perhutani, asumsi saya pada bencana kemarin itu lebih disebabkan oleh curah hujan yang terlalu tinggi. Meski kami pun tidak menutup mata bahwa memang ada garapan liar di kawasan hutan," ujarnya. 

"Tentunya ini menjadi kajian bersama bagaimana untuk menyadarkan masyarakat untuk tidak bergantung pada tanaman musiman melainkan beralih ke tanaman tahunan," lanjutnya. 

Ia pun menyampaikan bahwa Perhutani KPH Garut telah melakukan sejumlah upaya untuk menanggulangi bencana banjir bandang di 2016 lalu. Pada tahun 2017, Perum Perhutani mendapat anggaran dari APBN untuk menanami lahan kritis yang menjadi penyebab banjir bandang 2016 seluas 2.000 hektare (ha), melalui Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GNRHL). 

"Saat itu penanaman dilakukan dengan cara menebar benih dari udara menggunakan heli. Namun rupanya dinilai masih belum efektif, pada tahun 2018 berikutnya luas lahan pada penanaman selanjutnya ditambah menjadi 8.000 hektare," ungkapnya. 

Dengan demikian, luas total penanaman kembali hutan kritis mencapai sekira 10.000 hektare. Ade Sahdan menjelaskan, upaya Perhutani KPH Garut bukan hanya sebatas menebar benih di lahan kritis.

"Karena kami tetap melakukan perawatan dan kegiatan tahun tanam. Benih yang disebar di 10.000 hektare lahan kritis tadi saat ini sudah tumbuh dan berusia kurang lebih empat tahun, harusnya pohon-pohon baru itu dapat menyerap air lebih banyak lagi, terbukti dari tidak adanya longsor dan erosi di kawasan hulu sungai," urainya. 

Sementara itu, dalam kunjungannya meninjau sejumlah lokasi terdampak banjir yang terjadi Jumat (15/7/2022) lalu, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menjelaskan bahwa bencana di akhir pekan lalu merupakan akibat dari pemanasan global yang berdampak pada tak menentunya cuaca. 

"Kan harusnya ini musim kemarau, tiba-tiba hujan. Banyak prediksi cuaca meleset tidak menentu, iklim global, kombinasi dengan lahan-lahan kritis," kata Ridwan Kamil. 

Ridwan Kamil pun menjelaskan, Jawa Barat selama kurun waktu tiga tahun telah menanam lebih dari 56 juta pohon. Puluhan juta pohon itu ditanami untuk memperbaiki dan mencegah terjadinya bencana. 

"Tidak usah saling menyalahkan karena urusan iklim dan banjir ini multi dimensi, mari kita sama-sama kita lakukan perbaikan," ucapnya. 

Editor : ii Solihin

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network