Dari hasil diskusi, kata Manik, menyimpulkan perlunya koordinasi dan kemitraan dari berbagai pihak untuk mengentaskan kemiskinan melalui pariwisata sebagai sektor unggulan pembangunan di Garut secara berkelanjutan.
"Alhamdulillah dengan adanya FGD ini kita bisa menemukan simpul-simpul kemacetan komunikasi, kendala-kendala yang dihadapi dari beberapa dinas, kemudian pelaku usaha, jadi kalau kita gunakan dengan konsep pentahelix itu bisa terurai," tutur Manik.
Manik juga menjelaskan bahwa penelitian sudah dilakukan sejak Juni lalu dengan penyebaran angket dan wawancara ke berbagai pihak, termasuk melakukan interview ke beberapa dinas hingga pelaku-pelaku usaha lain, dalam rangka menghasilkan model komunikasi wisata desa berkelanjutan dan mendorong ekonomi lokal.
"Kemungkinan kita akan sampai kepada membuat naskah akademik di dalam rangka untuk melakukan rebranding desa wisata di Kabupaten Garut terutama dalam rangka untuk mengurangi kemiskinan di Kabupaten Garut," kata Manik.
Sebagai tindak lanjut, UAI dan Pemkab Garut akan menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) untuk sinergi lebih lanjut.
"Harapannya, riset ini dapat membantu meminimalisir kemiskinan dan menciptakan citra positif Garut sebagai destinasi wisata yang unik," pungkas Manik.
Editor : ii Solihin
Artikel Terkait