GARUT, iNews.id – KH. Cecep Jaya Karama (42), salah seorang kiai pengurus Pondok Pesantren (Ponpes) Nurulhuda Cibojong, Desa Balewangi, sekaligus Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kecamatan Cisurupan, Kabupaten Garut, menerangkan beberapa tips agar para santri yang mondok di pondok pesantren bisa merasa nyaman dan tidak terus-terusan ingin pulang.
Karena pada dasarnya, mondok di pondok pesantren merupakan perbuatan menempuh ibadah. Oleh karena itu, godaan pun seringkali datang mengganggu para santri serta menggoyahkan hatinya agar meninggalkan lingkungan pondok pesantren.
Hal itu dikatakan Kiai Cecep saat memberikan pertanyaan kepada para santri sekaligus membuka kegiatan tadarus subuh santri di Ponpes Nurulhuda Cibojong, Sabtu (16/7/2022).
"Mungkin saja santri Nurulhuda ini, khususnya santri baru, masih ada yang merasa tidak betah di pondok? Masih ada yang menangis sendiri, ingin pulang ke rumahnya, betul?," tanya Kiai Cecep kepada para santrinya.
Selanjutnya, kiai muda yang akrab disapa Aa oleh santrinya ini langsung menjelaskan beberapa tips agar para santri merasa betah saat mondok di pesantren.
Pertama adalah ikhlas.
Dikatakan Kiai Cecep, bahwa segala amal yang diperbuat oleh setiap manusia harus berlandaskan hati yang ikhlas. Sebab amal perbuatan yang dilakukan tanpa adanya keikhlasan dalam hati maka amal tersebut tak bernilai, hanya sia-sia.
Kiai Cecep juga menyampaikan sebuah keterangan yang disampaikan Imam Ghazali tentang keikhlasan dalam beramal.
Dalam sebuah keterangan disebutkan bahwa:
النَّاسُ كُلُّهُمْ هَلْكَى إِلَّا الْعَالِمُوْنَ , وَ الْعَالِمُوْنَ كُلُّهُمْ هَلْكَى إِلَّا الْعَامِلُوْنَ , وَ
الْعَامِلُوْنَ كُلُّهُمْ هَلْكَى إِلَّا الْمُخْلِصُوْنَ
"Setiap manusia celaka kecuali orang yang berilmu. Dan orang yang berilmu pun celaka, kecuali yang mengamalkan ilmunya. Begitupun orang yang mengamalkan ilmunya pun celaka, kecuali orang yang ikhlas dalam mengamalkannya." (Imam Ghazali).
Kedua, tidak terus-terusan mengingat orang tua dan teman di kampung halaman.
"Ini bukan berarti kita harus melupakan orang tua kita dan tidak mendo’akannya, bukan. Tapi, kita tidak terus-terusan mengingatnya sampai hati kita terus merindukan mereka, akhirnya kita ingin pulang menemuinya," imbuhnya.
Ia menjelaskan, tidak mengingat bukan berarti tidak mendo’akan. Dalam keadaan seperti santri baru ini memang senantiasa didatangi bayangan nuansa bersama dengan orang tersayang di kampung halaman, dengan teman, saudara, dan orang tua. Sehingga perasaan ingin pulang dan meninggalkan pondok pesantren kerap menghampiri para santri, terlebih untuk santri baru.
Ketiga, lupakan Handphone dan Games.
Menurutnya, anak-anak zaman sekarang memang tidak jauh dari yang namanya handphone dan game. Seharian penuh mereka mampu menghabiskan waktunya hanya untuk memandangi layar handphone, bermain game, menjelajahi aplikasi-aplikasi zaman now yang mereka anggap sangat menghibur dan mengasyikan.
"Biasanya jam segini kita bermain games, mulai dari Mobile Legend, Free Fire, Tiktok-an, dan lain sebagainya. Nah, sekarang libur dulu, kita fokuskan hati dan niat kita untuk beribadah kepada Allah SWT, salah satunya dengan mencari ilmu bekal ibadah," paparnya.
Keempat, berbaur dengan teman dan tidak menyendiri.
Lebih lanjut dikatakan Kiai Cecep, menempati tempat baru tentunya bukan hal yang mudah dilalui, banyak keadaan yang tak biasa dijalani, termasuk teman baru. Di sinilah para santri dituntut agar bisa berinteraksi dan berbaur secara baik dengan teman sebayanya. Menjadi keluarga yang utuh, saling menghargai satu sama lain.
"Usahakan kita berbaur dengan teman, jangan terus-terusan menyendiri. Ngobrollah dengan teman, saling berbagi. Apalagi di santri biasanya ada adrahi, yaitu sebutan bagi makanan yang dibawa santri dari rumahnya sebagai oleh-oleh bagi temannya di pondok. Itupun harus berbagi. Biasanya kan santri menyambutnya dengan shalawat, bukan menyambut temannya tapi menyambut makanannya," tuturnya dengan sedikit tertawa.
Kelima, rajin berdo’a kepada Allah SWT.
Setelah melaksanakan beberapa usaha agar hati tenang, ikhlas, dan nyaman di pondok pesantren, imbuh Kiai Cecep, berdo’a merupakan suatu keharusan bagi setiap insan. Sebab Allah-lah yang menggerakan hati hamba-Nya, membuatnya nyaman, membuatnya tenang dan membuatnya bahagia.
Secara hakikat, manusia tidak akan merasa tenang dan nyaman apabila tidak Allah berikan ketenangan dan kenyamanan dalam hatinya.
"Terakhir, jangan lupa kita harus senantiasa berdo’a kepada Allah SWT agar kita diberikan hati yang ikhlas, kemudian tenang dan nyaman dalam mencari ilmu dan beribadah di pondok pesantren. Sebab, seseorang tidak akan merasa tenang dan nyaman apabila tidak ditenangkan dan diberi rasa nyaman oleh Allah SWT. Oleh sebab itu, rajinlah berdo’a kepada Allah, bagi diri kita dan orang tua kita," pungkasnya.
Editor : ii Solihin