GARUT, iNews.id – Bertempat di Kantor Desa Sirnajaya, Kecamatan Tarogong Kaler, Kabupaten Garut, diselenggarakan kegiatan Pelatihan Pencegahan dan Mitigasi Bencana Tingkat Desa dan Kelurahan, Selasa (26/7/2022).
Kegiatan tersebut diinisiasi oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Garut guna meningkatkan kapasitas sumber daya manusia dalam program Desa Tangguh Bencana (Destana), Keluarga Tangguh Bencana (Katana), serta relawan tingkat desa.
Kegiatan ini dihadiri oleh perwakilan dari Kecamatan Tarogong Kaler, Koramil, Polsek, tokoh masyarakat, tokoh agama, perwakilan desa serta RT/RW setempat.
Dua pemateri dihadirkan juga dalam kegiatan ini, pertama, Fasilitator Kebencanaan, Yanyan Agus Supianto, dan yang kedua, Ahli Kajian Risiko Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Burhanudin.
Subkoordinator Pencegahan di Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Garut, Hendi Hendarsah menjelaskan tujuan dari kegiatan ini adalah meningkatkan kapasitas dalam program Destana, Katana, serta meningkatkan kapasitas relawan tingkat desa.
Ia mengharapkan, output yang ingin dihasilkan dalam kegiatan ini adalah terbentuknya Destana. Sehingga apabila terjadi bencana, sebelum datang tim BPBD ke lokasi terdampak bencana diharapkan para relawan yang sudah terlatih di tingkat desa bisa langsung bergerak melakukan evakuasi.
"Harapannya adalah setelah diadakan ini masyarakat tahu akan artinya bencana, jadi mereka bisa evakuasi mandiri sebelum terjadi bencana, jadi kalau ada bencana mereka bisa menanggulanginya," harapnya.
Sementara itu, salah satu pemateri dalam kegiatan ini, Ahli Kajian Risiko BNPB, Burhanudin menyampaikan, dalam acara ini ia mengangkat konsep tentang Desa Tangguh, yang dimana Desa Tangguh ini merupakan program desa tematik dari BNPB yang sudah direflikasi di seluruh Indonesia, yang berpedoman kepada Peraturan Kepala (Perka) BNPB Nomor 1 Tahun 2012 Tentang Pedoman Umum Desa/Kelurahan Tangguh Bencana.
"Materinya yang saya sampaikan tadi adalah konsepsi Desa Tangguh dan berkaitan dengan kajian resiko bencana, dimana disana memuat ada identifikasi tentang ancaman, kerentanan, dan kapasitas yang perlu dipelajari oleh masyarakat Desa Sirnajaya," tuturnya.
Dikatakan Burhanudin, para peserta pelatihan ini cukup antuasias dan tertarik dalam pelatihan ini, mengingat para peserta secara historis lebih tahu terkait peluang terjadinya ancaman bencana yang ada di desanya. Ia berharap melaui acara ini muncul satu kekuatan kesiapsiagaan di komponen masyarakat terutama di tingkat desa.
"Dan desa sekarang kan dari sisi perencanaan, dari sisi pendanaan, dari sisi personil, sebetulnya memungkinkan untuk mendorong itu. Jadi tumbuh di mereka itu komponen-komponen yang bisa meredam berbagai ancaman terkait dengan bencana," tandasnya.
Disisi lain, menurut Yanyan Agus Supianto, yang sehari-hari menjabat Sub Koordinator Kemitraan Informasi Publik Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo Garut), ia lebih menekankan pada pentingnya kesiapsigaaan masyarakat akan potensi bencana di wilayahnya dengan tidak mengabaikan local wisdom atau kearifan lokal masyarakat setempat.
"Sebaiknya masyarakat harus tahu betul bagaimana evaluasi mandiri dilakukan, karena mereka pasti tahu tanda-tanda datangnya bencana, karena cerita turun temurun yang mereka wariskan," katanya.
Meski demikian, masyarakat disarankan tetap menggali informasi akurat dari institusi resmi agar tidak timbul misinformasi.
Editor : ii Solihin