GARUT, iNews.id – Seni Tutunggulan merupakan kesenian tradisional yang mungkin sempat terlupakan karena derasnya arus globalisasi. Seni Buhun Tutunggulan ini merupakan sebuah kesenian asli masyarakat Jawa Barat khususnya Sunda.
Agar budaya buhun ini tidak punah begitu saja, dan mengenalkan kepada generasi penerus, Pemerintahan Desa (Pemdes) Pancasura, Kecamatan Singajaya, Kabupaten Garut, mengadakan Perlombaan Buhun Seni Tutunggulan, yang dimana kegiatannya dikemas dalam perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) Republik Indonesia (RI) ke-77.
Dikatakan Kepala Desa (Kades) Pancasura, Tohibin, ada nilai-nilai yang terkandung dalam kesenian tutunggulan ini, antara lain adalah gotong royong, kekompakan, kepedulian, dan ketertiban.
Sebagaimana kesenian pada umumnya, imbuh Tohibin, Kesenian Tutunggulan jika dicermati secara mendalam juga tidak hanya mengandung nilai estetika semata, tetapi nilai-nilai lain yang terkandung di dalamnya.
"Makna lain dari tutunggulan dapat diartikan, dengan suka rela masyarakat saling bantu membantu sambil ber-tutunggulan, sedangkan nilai gotong royong atau ketertiban tercermin dalam ber-tutunggulan itu sendiri. Dalam hal ini antar pemegang halu harus tahu persis kapan harus menumbuknya, sehingga tidak terjadi benturan antar penumbuk lainnya," jelasnya, Senin, (22/8/2022).
Lanjut Tohibin menyampaikan, kegiatan Tutunggulan ini merupakan kegiatan puncak dari pesta rakyat memeperingati HUT RI yang ke 77, dan sejalan dengan visi misi pihak desa untuk menggali lagi kearifan lokal.
"Sudah 3 hari 3 malam terus kegiatan salahsatunya kegiatan perlombaan tutunggulan untuk menyemarakkan suasana sebelumnya tadi malam digelar lomba pentas seni kesenian tradisional," tandasnya.
Sementara itu, Ketua Panitia HUT RI ke 77, Ipan mengatakan, kali ini pihaknya mengadakan lomba tutunggulan sebagai warisan budaya. Lomba Tutunggulan Buhun ini diikuti oleh 8 kelompok yang ada di Desa Pancasura.
"Kegiatan ini mudah mudahan untuk membangkitkan atau melestarikan kebudayaan Sunda khususnya. Dalam rangka memeriahkan agustusan di tahun 2022 ini yang ke-77 tahun Indonesia," katanya.
Masih kata Ipan, media Tutunggulan ini ada lesung dan halu (tongkat kayu) untuk mukul mukul lesungnya, dan juga ada vokalnya setiap peserta diberikan lagu wajib dan juga lagu pilihan.
"Kriteria penilaian tutunggulan ada 6 kriteria, diantaranya formasi bloking, vokal, kekompakan, baik kekompakan dalam ritme ketukan atau dalam suara, kostum, ekspresi atau penghayatan dan kreativitas," imbuhnya.
Menurut Ipan, kegiatan Tutunggulan baru kali ini digelar setelah Covid-19 selama 2 tahun. Alhamdulillah di tahun 2022 ini pihaknya bisa mengadakan agenda tersebut.
"Untuk kedepannya insyaallah selain Tutunggulan ada warisan budaya yang lainnya," pungkasnya.
Editor : ii Solihin