GARUT, iNewsGarut.id – Sungguh ironis, seorang anak usia 6 tahun, bernama Alfa Muzakir, penderita hidrosefalus (penumpukan cairan pada otak) harus menunggak BPJS hingga Rp6 juta. Hal tersebut diceritakan Irma (38) yang merupakan orang tua Alfa Muzakir.
"Kami bingung mau melanjutkan pengobatan tak ada biaya, mau pakai BPJS gak aktif karena ada tunggakan 6 juta rupiah, kami harus lunasi dulu," tuturnya, Minggu (4/12/2022).
Dikatakannya, selain itu, ia dan keluarganya termasuk Alfa pernah menjadi peserta BPJS Mandiri, namun karena keterbatasan ekonomi juga, ia tak sanggup untuk membayar iuran BPJS tersebut. Sehingga saat ini BPJS nya non aktif karena premi yang totalnya hingga 6 juta rupiah.
Irma menceritakan kronologis anaknya yang saat ini menderita hidrosefalus. Beberapa bulan setelah dilahirkan, anaknya itu dinyatakan mengidap penyakit hidrosefalus.
"Lahirnya kembar, namun prematur, kalau adiknya sih normal tidak ada masalah, namun Alfa, semenjak ia lahir harus dirawat hampir 2 bulan di Rumah Sakit, lalu pernah dirawat juga di RS di Kota Bandung, namun saat di Bandung Alfa dinyatakan mengidap hidrosefalus," ujar Irma selaku bunda Alfa.
Alfa Muzakir adalah anak dari pasangan Sansan (40) dan Irma (38) warga Kampung Lawang Biru RT 03, RW 08, Desa Situjaya, Kecamatan Karangpawitan.
Dari semenjak dinyatakan anaknya mengidap hidrosefalus, keluarga Irma berusaha untuk mengobati anaknya. Namun sayangnya pengobatan Alfa harus terhenti karena faktor ekonomi yang memakan biaya tidak sedikit.
"Karena faktor ekonomi, sehingga pengobatan anak kami terhenti . Karena kami tidak mampu membawa ke rumah sakit untuk proses pengobatan,"kata Irma.
Dengan kondisi yang ada, Irma mengaku hanya memberi perawatan sewajarnya, yakni hanya memberi makan, memandikan tanpa pemberian obat obatan. Sampai hari ini Irma mengaku belum ada sumbangsih dari siapapun terkait penyakit anaknya.
Menanggapi hal tersebut, aktivis sosial, Yusup Budiman, mengaku prihatin dengan kondisi Alfa dan merasa miris di saat sekarang pemerintah pusat menggembor-gemborkan bantuan sosial, tapi masih terdapat potret masyarakat perlu dibantu namun belum tersentuh.
"Saya merasa prihatin dengan anak ini. Sangat ironis sekali disaat pemerintah pusat menggembor-gemborkan bantuan sosial mulai dari kesenjangan sosial maupun kesehatan, tapi disisi lain ada keluarga yang mempunyai anak dengan kondisi seperti ini dan tidak bisa melanjutkan pengobatan, dengan alasan tidak mampu membayar iuran BPJS yang sudah lama menunggak,"ujar Yusup Budiman.
Yang lebih ironis lagi, kata Yusup Budiman, pemerintahan setempat tidak memperhatikan dan atau bahkan tidak mengetahui terkait kondisi anak tersebut apalagi sekarang ini kondisi anak tersebut sering kejang dan secepatnya butuh pengobatan.
"Dengan kondisi anaknya seperti ini, akhirnya orangtuanya pun terkendala untuk bekerja karena harus merawat anak ini dengan alakadarnya, apalagi akhir-akhir ini anak ini sering kejang,"terangnya.
Sebagai Aktivis Sosial, Yusuf Budiman berharap pemerintah dan dinas terkait maupun para dermawan dapat tergugah hatinya untuk melihat serta membantu anak ini untuk supaya bisa melanjutkan pengobatan.
Editor : ii Solihin