GARUT, iNewsGarut.id – Mewabahnya penyakit Difteri di wilayah Kabupaten Garut, Jawa Barat (Jabar), pemerintah daerah setempat rencananya akan melakukan ORI atau outbreak response immunization, yaitu kegiatan imunisasi massal bagi masyarakat.
Untuk menindaklanjuti hal tersebut, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Garut melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) menggelar acara Rapat Koordinasi (Rakor) terkait Kejadian Luar Biasa (KLB) Penyakit Difteri yang berlangsung di Ruang Rapat Kantor Dinkes Garut, Jalan Proklamasi, Kecamatan Tarogong Kidul, Kamis (23/2/2023).
Rakor dipimpin langsung Sekretaris Daerah (Sekda) Garut, Nurdin Yana.diikuti juga oleh Wakil Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Slamet Garut, Kepala Rumah Sakit (Karumkit) Guntur,perwakilan rumah sakit swasta lainnya Dalam arahannya, ia menginstruksikan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) untuk bersama-sama bergerak dalam mengatasi penyakit Difteri sesuai dengan tugas dan fungsinya.
"Saya sudah instruksikan beberapa hal terkait dengan sesuai fungsional masing-masing SKPD, di situ ada BPBD tentu sesuai dengan fungsinya saya mintakan seperti itu, kemudian DPMD, kemudian Disdik, Dinsos, dengan Diskominfo, semua saya minta semua untuk menggempuri ini semua, sehingga penyakit Difteri yang (menyerang) bisa kita atasi," ujar Sekda Garut saat diwawancarai seusai kegiatan Rakor.
Ia berharap, dengan adanya kerja sama dari berbagai pihak dan pelaksanaan vaksinasi yang akan dilakukan pada Senin (27/02/2023) nanti, beberapa warga yang terpapar penyakit Difteri bisa sembuh kembali.
Sementara itu, Sekretaris Dinkes Garut, dr. Leli Yuliani, yang juga mengikuti kegiatan Rakor, ia mengatakan untuk menindaklanjuti penyakit Difteri di Kabupaten Garut, pihaknya akan melakukan kegiatan imunisasi massal bagi masyarakat.
Ia menyampaikan, pihaknya sudah melakukan beberapa upaya untuk menangani penyakit Difteri ini, mulai dari yang bergejala seperti Difteri, kemudian mensosialisasikan ke semua fasilitas kesehatan untuk bisa melakukan deteksi dini penyakit Difteri, hingga melakukan skrining terhadap masyarakat yang kontak erat dengan orang yang positif Difteri.
"Kemudian kita juga melakukan rujukan bagi yang positif bergejala, dan kemudian kita juga melakukan pemberian profilaksis bagi yang memang kontak erat seperti itu, dan juga memang ada yang di rumah yang isolasi mandiri yang tanpa gejala ya dewasa itu memang diberikan profilaksis, tapi memang dia memang harus isolasi mandiri, dan kemudian kita juga rencana akan melakukan imunisasi ya untuk 15 tahun ke bawah," paparnya.
Hingga saat ini, kata Leli, yang terkonfirmasi positif penyakit Difteri ada 7 orang, dimana 5 diantaranya sudah dirawat di rumah sakit. Ia menyebut ada beberapa gejala dari penyakit Difteri ini, seperti demam, nyeri tenggorokan, hingga kesulitan untuk menelan.
"Dan yang kalau sudah parah, itu adalah bisa menyebabkan infeksi pada otot jantung (atau) miokarditis, karenakan Difteri itu mengeluarkan bakteri, Difteri itu mengeluarkan racun yang bisa nanti yang paling berat adalah menyebabkan infeksi pada otot jantung yang disebut miokarditis," jelasnya.
Editor : ii Solihin