Anak Korban Tragedi Ledakan Amunisi Apkir di Garut Resmi Jadi Prajurit TNI AD

GARUT, iNewsGarut.id – Peristiwa tragis yang mengguncang Desa Sagara, Kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut, pada 12 Mei 2025 lalu, kini berbuah haru dan kebanggaan. Dua anak korban ledakan amunisi apkir yang menewaskan 13 orang, termasuk empat anggota TNI, akhirnya resmi dinyatakan lulus sebagai calon prajurit TNI Angkatan Darat.
Keduanya adalah Risky Agung Fauzy, putra dari almarhum Toto Hermanto, dan Sandi Wigusprayoga, putra dari almarhum Endang Rahmat. Kedua pemuda tersebut merupakan saksi hidup dari tragedi memilukan yang menyisakan luka mendalam bagi masyarakat setempat.
Kini, setelah melalui proses panjang dan seleksi ketat, Risky dan Sandi berhasil meraih cita-cita mulia sebagai anggota TNI AD. Pengumuman resmi kelulusan mereka dilaksanakan pada Rabu, 9 Juli 2025 di Kompleks Asrama Secaba Bihbul, Jalan Cijambe, Kecamatan Ujungberung, Kota Bandung.
Dalam pengumuman tersebut, diketahui bahwa Risky diterima dalam kecabangan Infanteri, sedangkan Sandi masuk kecabangan Peralatan. Keduanya disambut dengan bangga oleh para pembina dan Babinsa yang selama ini mendampingi mereka dalam proses seleksi, yaitu Serka Ovin (Babinsa Desa Sagara) dan Sertu Engkun M (Babinsa Desa Ciudian).
Momen ini bukan hanya menjadi kebanggaan keluarga mereka, tetapi juga menjadi simbol kekuatan harapan dan keteguhan hati. Dua pemuda yang sebelumnya ditimpa duka mendalam, kini bangkit dan memilih jalan pengabdian untuk negara.
Komandan Kodim 0611/Garut, Letkol Inf Andrik Fachrizal, dalam keterangannya menyatakan bahwa keberhasilan dua anak korban tragedi ini adalah bukti nyata komitmen TNI untuk merangkul dan menyembuhkan luka masyarakat.
“Sesuai dengan pernyataan Kepala Dinas Penerangan TNI AD, Brigjen TNI Wahyu Yudhayana, bahwa putra-putri korban tragedi ledakan munisi dipersilakan untuk mengikuti seleksi menjadi prajurit. Hari ini, janji itu kita saksikan menjadi nyata,” ujar Letkol Andrik dengan suara haru. Jum'at (11/7/2025).
Diketahui, ledakan munisi apkir yang terjadi pada Mei lalu sempat menggegerkan publik. Ledakan hebat tersebut terjadi saat proses pemusnahan munisi usang, yang mengakibatkan jatuhnya korban jiwa dan luka-luka. Dari peristiwa tersebut, trauma dan kesedihan menyelimuti banyak keluarga, termasuk Risky dan Sandi.
Namun kini, dari luka yang ditinggalkan, tumbuh tekad dan semangat baru. Keberhasilan mereka menjadi prajurit tidak hanya menjadi kebanggaan pribadi, melainkan juga harapan baru bagi masyarakat Garut dan Indonesia pada umumnya.
Risky dan Sandi kini bukan hanya anak dari korban tragedi. Mereka telah menjadi simbol keberanian, keteguhan, dan pengabdian. Langkah kaki mereka di medan latihan dan kelak di medan tugas adalah langkah yang membawa nama keluarga, desa, dan bangsa.
Dari luka yang dalam, kini terbit cahaya. Dari kehilangan, kini hadir pengabdian. Dan dari duka, kini lahir prajurit sejati.
Editor : ii Solihin