GARUT, iNews.id – Wakil Bupati (Wabup) Garut, Helmi Budiman, nengimbau para peternak yang ada di daerahnya untuk tidak menjatuhkan harga sapi peternak lain yang terkena Penyakit Mulut dan Kuku (PMK).
Hal tersebut disampaikan Helmi, seusai melakukan pengecekan hewan ternak milik Kelompok Ternak Sapi Perah (KTSP) Bojong 3, di Desa Tambakbaya, Kecamatan Cisurupan, Kabupaten Garut, Selasa, (21/6/2022).
"Saya imbau kepada para peternak jangan terpengaruh dengan upaya-upaya yang tidak terpuji, yang menjatuhkan harga sapi yang terkena PMK ini, jadi tolong nanti komunikasi kalau ada yang seperti itu, komunikasi dengan dinas, komunikasi nanti dengan tempat pemotongan hewan ya," tegasnya.
Ia menyebutkan, harga sapi yang terkena PMK harganya bisa turun sampai ke angka 7 juta rupiah, dari harga biasa yang berkisar 20 juta rupiah. Menurutnya, hal ini tentu sangat merugikan para peternak.
"Harga sapi 20 juta tadi katanya harganya jadi 7 juta, nah inikan sangat merugikan, nah ini upaya-upaya ini stoplah upaya-upaya seperti ini, dalam keadaan Kejadian Luar Biasa (KLB) ini ya kita harus melindungi, yang harus kita lindungi malah dijadikan objek untuk mencari sesuatu," kata Helmi.
Selain itu, ia juga menegaskan, bahwa PMK ini merupakan penyakit yang tidak menular ke manusia, dan hewan yang terpapar pun dagingnya aman dikonsumsi masyarakat. Kendati, ada beberapa bagian yang harus dibuang.
"Aman sekali bagi dikonsumsi masyarakat dan dimasaklah dengan baik gitu, oleh karena itu MUI (Majelis Ulama Indonesia) pun ya memberikan fatwa bahwa kalau penyakitnya masih ringan ini boleh untuk dijadikan sebagai hewan kurban," tuturnya.
Dalam giat pengecekannya di peternakan KTSP Bojong 3, Helmi menjelaskan, bahwa di kawasan yang ia kunjungi kurang lebih ada 53 sapi yang mati. Menindaklanjuti hal tersebut, pihaknya akan melakukan verifikasi, dan jika memenuhi syarat, para peternak yang hewan ternaknya mati serta tidak sempat disembelih akan mendapatkan dana kerahiman sebesar 5 juta rupiah.
"Kami juga mendapatkan kabar dari pusat juga ada dana kerahiman, yang tentu mudah-mudahan juga ini akan menambah tambahan ya untuk mengurangi kerugian yang dialami oleh para peternak," tandasnya.
Sementara itu, Ketua KTSP Bojong 3, Dedih Riyanto, juga menyebut kurang lebih ada 50 hewan ternak sapi yang mati, yang tergabung di kelompok ternaknya. Ia menambahkan, kebanyakan sapi yang mati itu masih berusia 4-5 bulan atau sapi pedet (sapi muda).
"Sudah diobatin, ada yang sembuh, ada yang mati mendadak yang gak ketolong gitu, kebanyakan yang ga ketolong gitu. Kebanyakan pedet itu, kalo sekarang kebanyakan pedet yang usia 4-5 bulan," pungkasnya.
Editor : ii Solihin
Artikel Terkait