Saat perjuangan kemerdekaan di Indonesia tengah hebat-hebatnya yang ditandai dengan diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, Kiai Abbas terjun ke dunia pergerakan meninggalkan kitab kuningnya.
Menurutnya, pada masa itu yang lebih diutamakan adalah keahlian bela diri dan ilmu kanuragan. Dia juga mulai meninggalkan pondok pesantren dan melakukan dakwah langsung di tengah masyarakat.
Sarana dakwah itu dimanfaatkannya sambil mengajarkan berbagai ilmu kesaktian dalam bela diri sebagai bekal melawan penjajah. Aktivitas Kiai Abbas ini cepat mendapatkan respon positif dari masyarakat yang ingin berjuang.
Dengan cepat, Pondok Pesantren Buntet yang dikenal sebagai laboratorium pendidikan agama Islam, berkembang menjadi benteng perlawanan melawan penjajah. Kiai Abbas lalu mendirikan laskar Hizbullah sebagai wadah perjuangan.
Selain Hizbullah, Kiai Abbas dan para sesepuh Pesantren Buntet juga membentuk organisasi Asybal yang anggotanya terdiri dari anak-anak usia di bawah 17 tahun. Organisasi ini bertugas untuk memata-matai pergerakan musuh.
Editor : Sazili MustofaEditor Jakarta
Artikel Terkait