Hal senada disampaikan Wawan, pengrajin tempe Kecamatan Karangpawitan. Menurutnya, kacang kedelai bersubsidi lebih banyak dinikmati pengrajin dengan modal besar.
“Akhirnya kami kembali menggunakan kacang non subsidi walaupun harga lebih mahal, tapi kualitas terjaga,” ucap Wawan.
Selain pengrajin, rencana hadirnya kacang bersubsidi jilid dua yang akan digelontorkan September ini, membuat pedagang kacang kedelai non subsidi meradang.
“Kalau pemberiannya merata tidak hanya melalui Kopti (Koperasi tempe tahu Indonesia) silahkan, tetapi kalau hanya satu korporasi jelas buat kami sebuah ancaman,” ujar Yudi Hendrayana, salah satu pedagang kacang kedelai di Pasar Induk Ciawitali Garut.
Menurutnya, pemberian kacang bersubsidi yang diberikan pemerintah melalui Bulog cukup membantu masyarakat pengrajin, namun hal itu harus dilakukan dengan mekanisme yang baik.
“Kan dalam peraturan Permendagnya pemberian kacang bersubsidi dilakukan koperasi dan swasta, namun kenyataannya hanya koperasi yang diberikan sementara kami perwakilan swasta tidak," katanya.
Editor : ii Solihin
Artikel Terkait