Lanjutnya, untuk jenis pupuk ia menggunakan pupuk alami dari sisa-sisa makanan dan ditambah bumbu dapur, juga kotoran kambing yang disimpan di dalam wadah besar.
"Sisa-sisa makanan itu seperti sayur yang sudah basi dan juga limbah bahan makanan dari jenis sayur, kemudian tulang ikan itu disatukan di dalam wadah, kemudian dicampur air beras dan kotoran kambing, kemudian ditambah mecin di aduk dan ditutup rapat selama 1 bulan untuk proses permentasi dan itu harus terkena sinar matahari," paparnya.
Sementara untuk media tanam yang menggunakan tanah, kata Sanjaya, cukup murni saja tetapi harus dicampur dengan beberapa media tambahan agar tanaman cepat subur dan akar kuat, tidak busuk karena cangkok atau stek rentan di akar.
"Ada beberapa bahan media tanam yang dapat diaplikasikan, tahap awal masukan tanah murni ke dalam pot secukupnya, kemudian masukan lagi sekam padi yang sudah busuk atau dibakar. Jangan gunakan sekam padi yang baru, karena akan menimbulkan panas sehingga akar layu dan akan mati. Dan yang terpenting pasir sungai juga diaplikasikan dalam media tersebut lalu diaduk dan biarkan 2 minggu sebelum ditanami," jelasnya.
Ia menyebut harga per tabulampot untuk yang sedang berbuah bisa mencapai Rp. 200.000 - Rp. 1.000.000 tergantung dari jenis buah. Semakin langka maka akan semakin mahal.
"Prospeknya masih sangat bagus. Apalagi muncul ancaman krisis pangan dan krisis energi. Tabulampot ini adalah solusi ketahanan pangan di lahan terbatas dan sebagai ladang usaha baru," tandasnya.
Editor : ii Solihin
Artikel Terkait