Area parkir di kawasan itu pun selalu penuh hingga membuat pengelola menambah lokasi parkiran baru di sejumlah titik sebagai antisipasi.
"Sejak ada informasi mengenai larangan wisata ke gunung dan laut, banyak kunjungan yang sifatnya sudah booking rombongan bus sampai membatalkan. Saya sendiri menerima informasi pembatalan langsung dari para wisatawan itu secara langsung. Jika dipersentasekan, lebih dari 50 persen yang membatalkan," ungkap Robi Nuryadin.
Sementara itu, keluhan yang sama disampaikan para pengusaha hotel dan restoran di Garut lainnya. Mereka mengeluhkan rendahnya tingkat hunian hotel dan kunjungan ke restoran.
Mereka pun menyesalkan maraknya isu cuaca ekstrem serta diakukannya penyekatan jalan menjelang malam pergantian tahun. Sekretaris Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Garut, Fiki Mardansyah, menyebutkan tingkat hunian hotel di Garut pada libur Tahun Baru 2023 terbilang rendah.
Adapun tingkat hunian hotel pada momentum libur tahun baru saat ini hanya mencapai 65,08 persen. "Hanya 65,08 persen dan ini terbilang rendah. Padahal biasanya pada momentum libur tahun baru, tingkat hunian hotel di Garut selalu mencapai 100 persen", kata Fiki Mardansyah.
Menurut dia, biasanya setiap momentum libur tahun baru di Garut kerap membuat banyak wisatawan yang sampai tidak kebagian kamar hotel. Sedangkan saat ini tingkat kunjungan wisatawan ke Garut pada libur tahun baru mengalami penurunan drastis.
Editor : ii Solihin
Artikel Terkait