"Yang menariknya disitu. Memang tuntutan masyarakat seperti itu. Enak ditonton mudah dimengerti, sehingga mendiskusikannya juga lebih enak," kata Ferdiansyah, Minggu (5/3/2023).
Ia menegaskan, dorongan pada sienas dan terus dilakukannya penayangan film Indonesia ke masyarakat di pelosok akan terus digelar untuk mengkanter masuknya budaya asing melalui film luar negeri.
"Sebagai contoh, selama ibu-ibu suka menonton film drakor (drama Korea), selama itu kita harus mempertahankan budaya melalui cara apapun, termasuk melalui film dalam negeri yang mengandung budaya lokal, budaya nasional," ujarnya.
Ferdiansyah pun mengaku bangga, karena pemutaran film Hongkong Kasarung dapat diapresiasi oleh ratusan masyarakat di Desa Sukamukti. Hal ini terbukti dari banyaknya jumlah penonton yang mencapai lebih dari 600 orang.
Sejalan dengan Ferdiansyah, Kelompok Kerja Apresiasi dan Literasi Film pada Direktorat Perfilman Musik dan Media Kemendikbud Ristek, Edi Suardi, menjelaskan pemerintah selama ini telah berupaya untuk meningkatkan kapasitas sineas dalam setiap karya yang dihasilkan.
"Kita berikan dorongan pada orang-orang yang berkarya di dalam film, untuk bisa meningkatkan kapasitas mereka, supaya tidak hanya dikenal di daerah atau negara sendiri, tapi juga bisa dikenal di negara lain," kata Edi Suwardi.
Ia memastikan pemerintah akan selalu hadir bagi para sineas, bukan hanya dalam mendorong proses produksi, namun membantu di perindustriannya. "Menciptakan karya film yang berisi budaya, sama dengan melestarikan budaya itu sendiri. Tentunya ini yang harus kita dukung," ucapnya.
Hongkong Kasarung adalah film komedi Indonesia yang proses syutingnya dilakukan pada tahun 2016. Film yang juga dibintangi oleh Uus, Rizky Febian, Dicky Chandra, Parto dan Yadi Sembako itu kemudian tayang perdana di layar lebar dua tahun kemudian, yakni di 2018.
Editor : ii Solihin
Artikel Terkait