Sesampai di sana, korban dibius dengan obat-obatan sebelum tenggorokannya digorok dan alat kelaminnya dipotong untuk dimakan. Jasad korban kemudian dipotong-potong dan tersebar di distrik Pankow, timur laut Berlin.
Kasus ini pertama kali terungkap pada November 2020, setelah tulang manusia ditemukan di sebuah taman di lingkungan itu. Polisi mengidentifikasi jasad itu sebagai warga Berlin, Stefan R.
Melalui catatan telepon korban, penyelidik dituntun ke alamat si pembunuh, di mana mereka menemukan jejak darah, sisa-sisa jasad lebih banyak dan satu set alat kerja yang mencurigakan.
Pengacara terdakwa berargumen bahwa korban meninggal secara wajar di rumahnya, dan dia telah memotong dan membuang mayatnya karena dia takut orang-orang mengetahui tentang homoseksualitasnya.
Tetapi hakim Schertz mengatakan versi peristiwa dari pengacara itu tidak dapat dipercaya dari awal hingga akhir, mencatat bahwa pemisahan testis dan penis yang sangat hati-hati sebagai bukti ritual kanibalistik.
Kasus ini mengingatkan pada Detlev Guenzel, mantan perwira polisi Jerman yang dihukum karena membunuh korban yang bersedia dia temui di situs web untuk kanibalisme fetisisme dan memotongnya di sebuah ruang.
Guenzel (58) telah memotong tubuh korban menjadi potongan-potongan kecil di ruang pembantaian yang dia bangun di ruang bawah tanahnya sebelum menguburnya di kebunnya.
Tidak ada bukti bahwa dia memakan bagian tubuh korbannya. Dalam kasus lain yang mengejutkan Jerman, Armin Meiwes, yang dijuluki "kanibal Rotenburg", dijatuhi hukuman penjara seumur hidup pada tahun 2006 karena membunuh dan memakan sebagian tubuh korban.
Editor : Sazili MustofaEditor Jakarta
Artikel Terkait