“Kami ingin memperkenalkan sosok R.A. Lasminingrat lebih dekat kepada pelajar, bahwa Garut punya tokoh luar biasa yang harus dikenal dan dihargai,” ujar Irno.
Ia menambahkan, teknis lomba disesuaikan dengan kemampuan peserta. Tingkat SMP membawakan satu dongeng utuh secara individu, sementara tingkat SMA menyajikan dongeng dalam format kelompok.
“Dongeng yang panjang kami bagi agar sesuai dengan kemampuan siswa. Yang penting nilai ceritanya tetap utuh dan bisa dinikmati,” jelasnya.
Guna menjaga objektivitas, panitia menghadirkan dewan juri profesional dari berbagai latar belakang, yakni peneliti sastra, mantan Ketua MGMP Bahasa Sunda, serta seorang sastrawan yang juga merupakan pimpinan redaksi media berbahasa Sunda.
Irno berharap Pasanggiri Nga-Dongeng bisa terus dilaksanakan setiap tahun dengan dukungan lebih besar dari pemerintah dan masyarakat.
“Kami ingin kegiatan ini menjadi agenda tahunan yang lebih variatif dan semakin berkembang. Dukungan dari pemerintah daerah sangat kami harapkan agar upaya pelestarian budaya ini bisa berjalan berkesinambungan,” pungkasnya.
Editor : ii Solihin
Artikel Terkait