Ade mengingatkan kembali beberapa tragedi, di antaranya gempa Kertasari 18 September 2024 yang terasa hingga Garut, serta tsunami Pangandaran 2006 yang menelan banyak korban jiwa, termasuk di pesisir selatan Garut.
“Kesiapsiagaan tidak bisa ditunda. Gempa bisa terjadi kapan saja, seperti yang baru-baru ini terjadi di Bekasi pada 20 Agustus 2025 dengan magnitudo 4,9,” tegas Ade.
Deputi Bidang Geofisika BMKG, Nelly Florida Riama, menambahkan bahwa Indonesia, khususnya Garut, memang rawan gempa dan tsunami. Namun, sistem peringatan dini BMKG terus mengalami perkembangan positif.
“Saat gempa kemarin, kami berhasil mendeteksi 6 detik sebelum getarannya sampai di Garut. Ini bukti bahwa sistem peringatan dini semakin cepat dan akurat,” ungkap Nelly.
Ia juga berbagi pengalaman saat mengunjungi SMPN 2 Tarogong Kaler, di mana simulasi kebencanaan disambut antusias oleh guru dan siswa.
“Anak-anak adalah kelompok yang paling rentan. Kalau mereka tidak tahu harus bagaimana saat gempa, padahal kejadiannya bisa saat mereka belajar di sekolah, ini akan sangat berisiko. Karena itu edukasi sejak dini sangat penting,” ujarnya.
Melalui kegiatan ini, Pemerintah Kabupaten Garut bersama BMKG dan DPR RI menegaskan komitmen untuk memperkuat budaya kesiapsiagaan di masyarakat. Dengan bekal edukasi, simulasi, dan SOP darurat yang jelas, diharapkan risiko bencana dapat diminimalisir sehingga keselamatan warga lebih terjamin.
Editor : ii Solihin
Artikel Terkait