Selanjutnya, imbuh Asep, untuk dimensi yang ketiga adalah bergotong-royong, jelas bahwa tentang seni, samen, kenaikan kelas, apapun namanya itu tidak boleh menggunakan anggaran Bantuan Operasional Sekolah (BOS).
"Jadi ini adalah benar-benar bentuk kerjasama gotong-royong antara sekolah dengan masyarakat, bahkan penyelenggaraan kegiatan ini pun segala sesuatu a sampai z itu dibiayai oleh masyarakat, karena BOS reguler ataupun BOS kinerja yang diperoleh itu tidak bisa digunakan untuk kegiatan seperti ini," ucapnya.
Kemudian, Asep menyebutkan dimensi yang keempat yang sangat menarik itu adalah kreatifitas, kreativitas ini salah satu yang bisa diwujudkan oleh peserta didik di SDN 2 Karamatwangi.
"Dari pentas-pentas seni mereka (siswa) mulai dari kesenian tradisional daerah yang lainnya, bukan hanya kesenian sunda tapi kesenian daerah lain pun sudah muncul di sini. Nah dengan kearifan lokal dan pendekatan kesenian tradisional itu juga salah satu wujud bentuk kreativitas yang mengglobal artinya sesuatu yang menjadi komprehensif dari pentasan seni seperti ini," tutur Asep.
Ia menjelaskan, untuk dimensi yang kelima adalah bernalar kritis, dengan kegiatan-kegiatan ini jangan dianggap enteng, ketika pihak sekolah menyelenggarakan satu event itu sudah direncanakan terlebih dahulu dengan berbagai menerima masukan dari masyarakat. "Karena tadi sudah ditegaskan bahwa kegiatan kenaikan kelas perpisahan itu tidak bisa dibiayai dari anggaran BOS," ujarnya.
Editor : ii Solihin