Kebencian Maya terhadap islam tentunya tidak pernah sedikitpun membuat Maya berpikir untuk masuk islam. Perjalanan Maya menuju islam dimulai pada 2005. Maya yang bekerja di sebuah call center dipertemukan dengan pegawai mayoritas orang Pakistan beragama islam.
Persahabatan Maya dan teman-teman muslimnya mulai terjalin. Maya melihat mereka tidak seperti apa yang ia bayangkan sebelumnya mengenai islam. Jika dahulu ia memandang islam sebagai agama yang biadab dan penganutnya dianggap teroris, Maya tidak melihat hal tersebut pada diri teman-temannya.
Mereka bergaul layaknya persahabatan pada umumnya, seperti ke bioskop dan lain-lain. Seiring berjalannya waktu, Maya mulai memperhatikan sikap teman-temannya.
"Namun satu hal yang menonjol bagiku adalah bahwa mereka melakukan apapun dengan cara yang sangat terhormat. Mereka sangat menjaga kehormatan diri mereka sendiri. Pelan-pelan aku memperhatikan tingkah laku dan sikap mereka, itu yang mengenalkanku pada islam," ujar Maya.
Saat Ramadhan, teman Maya pun berpuasa. Kala itu mereka buka puasa bersama dan ada hal yang membuat Maya penasaran dengan islam. Maya terkesan ketika temannya menawarkan lumpia kepada dirinya yang tidak berpuasa.
"Salah satu sahabatku, Sam Shayma, menyodorkan sekotak lumpia dan menawarkannya padaku. Itu merupakan momen yang berkesan bagiku," jelas Maya.
"Aku yang makan sepanjang hari, bahkan mungkin tak sadar telah minum air atau yang lainnya di hadapan mereka, malah ditawari makanan dan diajak berbuka berbuka puasa bersama mereka," sambungnya.
Editor : Sazili MustofaEditor Jakarta