Selama menjalani program, kata Iyus, para siswa menetap di rumah warga yang bersifat homestay, dimana pemilik rumah ini menjadi orang tua asuh bagi siswa selama menjalankan program Edu Staycation.
"Sebagaimana judulnya juga, ada variabel education-nya tapi ada menetapnya gitu, jadi sifatnya homestay, kita sudah berkoordinasi dengan masyarakat setempat, sudah memahami konsep acaranya, jadi kita titipkan di rumah mereka dan menganggap mereka sebagai orang tua asuh gitu," imbuh Iyus.
Untuk program Edu Staycation ini, pihaknya sudah mensosialisasikannya sejak awal tahun pembelajaran, sehingga orang tua siswa mengetahui tujuan hingga harapan dilaksanakannya program tersebut. Sehingga orang tua memaklumi, memahami, bahkan mendukung dan membantu kegiatan tersebut.
"Ini pernah dilakukan (sebelumnya), jadi terhalang waktu itu oleh pandemi gitu ya, jadi sebetulnya ini bukan yang pertama kali, tapi memang yang kelima atau keempat mungkin ya keempat kalinya di tempat yang berbeda, dulu itu ada di Samarang (daerah) Garogol, nah terus kita survei ke daerah-daerah lain, mungkin tidak menutup kemungkinan untuk tahun berikutnya ini akan bergerak ke tempat yang baru gitu," katanya.
Karena menggunakan format yang berbeda seperti pembelajaran biasa di kelas, lanjut Iyus, para siswa mengikuti program Edu Staycation dengan antusias, walaupun proses pembelajarannya berada jauh di rumah.
"Jadi ini sangat menyegarkan itu ya refreshing buat anak, jadi tanpa sadar mereka belajar, terus juga lebih aktual gitu, karena mereka langsung masuk ke titik-titik pendidikan yang nyata seperti home industry ke peternakan sapi, mereka langsung ikut memerah susu sapinya, melihat pengolahan dari bahan mentah menjadi bahan-bahan siap jual gitu seperti itu, (dan) sangat mengasyikkan," jelas Iyus.
Iyus mengatakan, jika melalui program Edu Staycation pihaknya ingin memperkenalkan kepada para siswa bahwa pengetahuan itu tidak hanya didapatkan di kelas saja, melainkan bisa juga didapatkan di lingkungan masyarakat.
Editor : ii Solihin