Namun usai mengaku, AH langsung dihajar oleh para santri yang merupakan teman-temannya kurang lebih sebanyak 16 orang. Neneng menyebut anaknya dianiaya dan mendapat perlakuan tak pantas.
"Ia dipukuli dengan tangan kosong, dengan sapu, ditendang, hingga disiram air kolomberan. Usai kejadian anak saya tidak pulang karena takut, hingga akhirnya pada siang hari ia menceritakan pada kami, karena kami rutin menjenguk di setiap akhir pekan," tuturnya.
Menurut Neneng, keluarganya memiliki rumah lain di Rancabango Residence, Kecamatan Tarogong Kaler, Kabupaten Garut. Ia dan suaminya selalu tidur di rumah ini jika sedang menjenguk AH dari Bogor.
"Akibat pengeroyokan yang terjadi, anak saya mengalami benjol-benjol di kepala, luka dan lebam di beberapa bagian tubuh, hingga gendang telinga sebelah kiri pecah," katanya.
Neneng pun berharap kasus anaknya tersebut segera ditangani oleh aparat kepolisian. Ia khawatir peristiwa serupa dialami oleh santri lain di kemudian hari.
Editor : ii Solihin
Artikel Terkait