"Jadi kalau motif-motif pelanggan kadang macam-macam, kaya ke ibu kan ada yang pesan pengen gambar harley kah, pedang kah, harimau kah, kayak gitu kan, itu kan bukan batik khas Garutan, tapi Ibu kan pingin memuaskan pelanggan, (sama) Ibu dikerjakan sesuai pesanan gitu," ucap Ria.
Ria menjelaskan bahwa dalam pembuatan satu batik, dibutuhkan modal sekitar Rp700 ribu, dengan harga jual berkisar di angka Rp1.200.000. Harga tersebut juga tergantung pada motif yang dibuat, semakin rumit motifnya, semakin mahal harganya.
Dalam upaya diversifikasi produk, Ria tidak hanya menyediakan kain batik tulis Garutan, tetapi juga pakaian batik jadi dan hiasan dinding dari batik tulis Garutan, menjadikannya sebagai pilihan souvenir khas Kabupaten Garut.
"(Untuk penjualan) yang langsung pesan ke rumah ada, terus dari mulut ke mulut juga ada, terus Ibu jualan online juga ada di IG gitu sama di Facebook," imbuhnya.
Sementara itu, Kampung Batik Paledang juga didukung oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Garut dan Dewan Kerajinan Nasional Daerah Kabupaten Garut, sebagai upaya untuk mempopulerkan batik tulis Garutan.
Ketua RW 11 Kelurahan Kota Kulon Kecamatan Garut Kota, Anting Irawan, menjelaskan bahwa Kampung Batik Paledang memiliki sekitar 40 pembatik aktif. Dukungan pemerintah meliputi studi banding ke daerah lain dan sertifikasi profesi keahlian membatik bagi para perajin batik.
"Jadi kenapa dibikin Kampung Batik, karena di sini memang perajin batik sangat banyak, batik tulis ini sangat unik, antik ya, dan nilai seninya luhur luar biasa, ini karya warisan budaya bangsa," katanya.
Penjabat Bupati Garut, Barnas Adjidin, menegaskan pentingnya pengembangan batik tulis Garutan dan mewajibkan pegawai di lingkungan Pemkab Garut untuk memakai batik tulis Garutan setiap hari Jum'at.
Editor : ii Solihin
Artikel Terkait