Kemudian, ia menerangkan, kegiatan GPBG ke-18 ini berkonsep seperti festival, dengan sasarannya adalah terjadinya spending money (menghabiskan uang), karena dalam kegiatan tersebut disediakan juga tenda untuk pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang ada di Kabupaten Garut.
"Salah satunya yang menjadi indikatornya itu adalah berapa jumlah pelaku usaha yang terlibat di dalam kegiatan festival ini, terus yang kedua berapa target jumlah pengunjung yang akan (datang) dalam kegiatan ini, yang ketiga adalah berapa spending money yang beredar pada saat festival ini berjalan, itu yang menjadi target kita," terang Budi.
Guna menyukseskan acara ini, imbuh Budi, pihaknya juga melibatkan pihak lain, salah satunya juga Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di lingkungan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Garut, karena menurutnya GPBG ini merupakan kegiatan milik semua pihak.
"Walaupun pada intinya kita tidak bisa semuanya terlibat, karena dengan keterbatasan anggaran, keterbatasan waktu, dan sebagainya, jadi mudah-mudahan di tahun 2023 kita bisa besar lagi seperti tahun-tahun sebelumnya," cetusnya.
Dalam acara yang biasanya menjadi agenda tahunan Disparbud Garut ini, akan ada beberapa penampilan yang tersaji, mulai dari pergelaran tari kreasi hingga prosesi seni budaya "Garut Waluya Manjing Digjaya" yang melibatkan 100 penari dari siswa dan mahasiswa yang ada di Kabupaten Garut.
Editor : ii Solihin
Artikel Terkait