Para santri masih muda sehingga mungkin kesal dan emosi. Namun sebagai pengawas kami memiliki keterbatasan, namanya manusia, ucap Luthfi Lukman Hakim.
Luthfi juga menjelaskan bahwa tindakan pencurian yang diduga dilakukan oleh korban sebelumnya bukan hanya sekali, melainkan beberapa kali. Selain HP, korban AH, disebut-sebut juga mencuri jam tangan milik santri lain di asramanya.
Barang buktinya ada, saksinya ada. Tapi korban tetep bersikeras tidak mencuri, hingga pada akhirnya semua ke-16 santri kami tersulut emosinya," katanya.
Pihak pesantren, sambungnya, telah berupaya untuk fokus merukunkan kembali para santri itu dengan korban. Terkait surat yang dilayangkan kepada pihak orang tua korban, Luthfi Lukman Hakim menjelaskan bahwa itu merupakan undangan bagi orang tua AH, karena korban menjadi jarang masuk sekolah.
"Kami ingin tahu perkembangan kesehatannya seperti apa, kami sama sekali tidak memiliki maksud apapun kepada korban atau keluarganya. Korban tetaplah anak didik kami, begitu juga dengan 16 santri yang melakukan penganiayaan terhadapnya, juga anak didik kami," paparnya.
Editor : ii Solihin