Kampung Dukuh Garut Pertahankan Syariat Islam Sebagai Aturan Adat yang Berlaku

GARUT, iNewsGarut.id – Garut sebuah daerah di jawa barat yang memiliki segudang sejarah, bahkan sejarah Islam dulu kala pun ada di Kota yang berjuluk Dodol ini. Selain itu juga, Kabupaten Garut, Jawa Barat, didominasi dengan area hutan yang masih terjaga. Kekayaan alamnya sebanding dengan adat istiadat yang masih kental sampai saat ini.
Salah satunya ialah kampung dukuh, sebuah desa terpencil yang pertahankan adat istiadat dengan syariat islam. Berada terisolasi oleh lebarnya hutan Garut, secara administratif Kampung Dukuh berada di Desa Ciroyom, Kecamatan Cikelet, Kabupaten Garut, Jawa Barat.
Kampung dukuh mempunyai sejarah panjang yang hingga kini masih dipertahankan. Didirikan oleh seorang ulama pada abad ke 17 bernama syekh Abdul Jalil. Kala itu Sumedang dipimpin oleh Bupati Rangga Gempol II. Atas saran dari raja Mataram Syekh Abdul Jalil diminta oleh Rangga Gempol II menjadi kepala agama. Saat itu Ia menerima tawaran dengan syarat yang harus ditaati dengan perjanjian.
Kampung dukuh secara geografis memiliki wilayah yang terisolir, sebelah utara dibatasi Gunung Ragas, Samudra Hindia di Selatan, Sungai Cipasarangan, Sungai Cimangke di sebelah timur dan barat. Hanya 2 syarat Syekh Abdul Jalil berkehendak menjadi pemuka agama di Sumedang.
Seluruh elemen masyarakat Sumedang dilarang melanggar hukum Islam, serta Bupati dan rakyatnya harus bersatu. Namun apa daya selang 12 tahun kesepakatan tersebut dilanggar oleh Sang Bupati sendiri. Iya tega membunuh utusan kerajaan karena tidak mau tunduk ke kerajaan Banten.
Hal tersebut membuat Syekh Abdul Jalil merasa terhianati. Padahal, kesepakatan menyebutkan tidak ada pembunuhan, perzinahan, merampok, beserta perbuatan buruk lainnya. Syekh Abdul Jalil lantas angkat kaki dan menuju ke selatan.
Sampai lah Ia ke tempat yang kini bernama kampung dukuh. Sesuai dengan ajarannya, kampung dukuh masih mempertahankan syari'at Islam sebagai aturan adat yang berlaku.
Editor : ii Solihin