get app
inews
Aa Text
Read Next : Dishub Garut Data Kusir Delman Kompensasi Arus Mudik Lebaran 2025

Angka Perkawinan Dini di Garut Tinggi Butuh Upaya Edukasi Lebih Kuat

Kamis, 11 Juli 2024 | 08:51 WIB
header img
Multistakeholder dan Penguatan Pusat Pembelajaran Keluarga (PUSPAGA) dalam Pencegahan Perkawinan Anak di Aula Kantor DPPKBPPPA Garut. Foto istimewa.

GARUT, iNewsGarut.id – Kabupaten Garut kini tengah menghadapi berbagai permalasahan mulai dari kemiskinan, anak putus sekolah, termasuk perkawinan anak yang memiliki risiko tinggi, akibatnya terjadi  angka perceraian yang tinggi karena ketidaksiapan anak dalam menjalani pernikahan. 

Permasalahan itu dibahas dalam acara penguatan pusat pembelajaran keluarga (PUSPAGA) bersama multistakeholder dalam rangka mencegah perkawinan dini yang berlangsung di Aula Kantor DPPKBPPPA Garut, Jalan Terusan Pahlawan, Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut, Rabu (10/7/2024). Yang dihadiri langsung Pj Bupati Garut Barnas Adjidin.

Dalam sambutannya Barnas mengatakan bahwa seorang anak harus matang secara ekonomi, fisik, dan mental sebelum menikah, karena di kemudian hari akan menghadapi banyak tantangan setelah pernikahan.

"Anak harus matang, stabil ekonominya, stabil fisiknya, stabil daripada mentalnya, karena akan menghadapi gelombang besar setelah pernikahan gitu," ungkapnya.

Barnas menyebutkan, Kabupaten Garut merupakan salah satu daerah yang termasuk ke dalam daerah dengan angka perkawinan dini yang tinggi. Berkaitan dengan hal tersebut, Pj Bupati Garut  menekankan perlu dilakukannya upaya melalui edukasi kepada masyarakat khususnya para anak agar tidak melaksanakan perkawinan anak.

Ia pun berterima kasih kepada DP3AKB Provinsi Jawa Barat atas penyelenggaraan acara ini guna memperkuat upaya pencegahan perkawinan dini di Garut.

"Tentu kegiatan ini tidak hanya untuk menyelesaikan sesuatu yang harus kita selesaikan. Tapi merupakan langkah awal dari apa yang harus kita lakukan," tambahnya.

Sementara itu, Kepala DP3AKB Provinsi Jawa Barat, Siska Gerfianti, mengungkapkan, permasalahan perkawinan anak di Jawa Barat masih tinggi, meskipun angka dispensasi pernikahan menurun. Siska menuturkan, perkawinan anak bisa menjadi pintu masuk bagi masalah spesifik perempuan dan anak lainnya, seperti gangguan kesehatan reproduksi dan peningkatan angka kematian ibu dan bayi.

Editor : ii Solihin

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut