Usai menceritakan sejarah desa, dilanjutkan ziarah ke makam leluhur Eyang Batara Turus Bawa, dan sekitar pukul 11.00 WIB, warga masyarakat kembali ke Rumah Joglo untuk melaksanakan upacara mencuci benda pusaka.
Prosesi mencuci benda pusaka dilakukan di Sungai Cidangiang yang jaraknya sekitar 300 meter dari Joglo, air bekas cucian benda pusaka ini dipercaya masyarakat dapat memberi berkah keselamatan, kesehatan, dan keberhasilan.
Setelah benda pusaka dicuci, kemudian dimasukan lagi kedalam peti dan disimpan kembali ke ruang khusus yang ada di Joglo. Kemudian dilanjutkan do'a dan makan bersama, diikuti semua warga khususnya yang berasal dari Desa Dangiang. Tumpeng dan hasil bumi yang dibuat oleh ibu-ibu sebagai hantaran tuang untuk dimakan bersama keluarga sebagai rasa syukur guna memetik keberkahan.
Salah seorang juru kunci, Ustadz Entang, saat diwawancarai iNewsGarut.id menjelaskan adanya agenda ritual tahunan ini setiap tanggal 14 Maulid (bulan hijriyah) yang pertama untuk mengukuhkan akidah Ahli Sunnah Waljama'ah (Aswaja) yang ada di desanya karena sudah turun temurun. Bahkan menurutnya, kelompoknya ini tidak kemasukan oleh organisasi apapun, karena ini sudah turun temurun untuk memperkuat budaya lokal.
"Dengan adanya hikmah penyiraman benda pusaka atau ada buka sejarah atau sebagainya itu alhamdulillah akan meningkatkan kualitas dan kuantitas adat sendiri supaya tidak punah," katanya, Senin (10/10/2022).
Editor : ii Solihin
Artikel Terkait