JAKARTA, iNews.id - Masyarakat Indonesia umumnya identik dengan minuman dan makanan manis saat berbuka puasa.
Kadang manisnya kerap tidak terkontrol. Setelah minum teh atau sop buah, tidak berselang lama menjelang tarawih langsung makan nasi.
Menurut Spesialis Gizi Klinik dr. Yohan Samudra, SpGK, AIFO-K, mengonsumsi gula berlebih saat berbuka puasa dapat meningkatkan kadar gula darah secara mendadak. Hal ini berpotensi memicu seseorang terkena diabetes di bulan Ramadan.
"Meningkatnya kadar gula darah secara mendadak dapat membahayakan kesehatan, terutama untuk orang yang memiliki penyakit diabetes ataupun toleransi gulanya terganggu," kata dr. Yohan Samudra, beberapa waktu lalu.
Selain itu, peningkatan kadar gula darah secara mendadak juga dapat menyebabkan kantuk. Seseorang yang mengonsumsi banyak makanan, terutama yang manis, akan meningkatkan kadar gula secara drastis sehingga tubuh harus memproduksi insulin yang berguna untuk mengolah zat tersebut.
Setelah itu, insulin akan memberi sinyal pada otak untuk menghasilkan serotonin alias hormon tidur. Hal inilah yang menyebabkan rasa kantuk timbul dan mungkin saja tidak tertahankan. Alhasil, ibadah lainnya, termasuk tarawih, jadi terganggu.
Maka, agar hal itu tak terjadi, pola makan saat berbuka wajib diperhatikan. Makanlah secukupnya saja. Lalu, untuk membuat tubuh tak merespon serangat kantuk, ada baiknya Anda mandi, apalagi setelah beraktivitas seharian.
Kemudian, yang tak kalah penting adalah, setelah makan jangan bermalas-malas atau bersantai. Tetaplah buat tubuh bergerak, karena dengan begitu rasa kantuk akan menjauh.
Terkait asupan makanan, lebih lanjut dr. Yohan menerangkan, ketika berbuka puasa kontrollah santapan Anda. Minuman manis seperti es teh, es buah atau sirup hingga boba mampu meningkatkan rasa keinginan untuk terus meminumnya (brain reward). Apabila dikonsumsi secara berlebihan atau dalam jangka panjang dapat mengganggu kuman baik (mikrobiota) dalam usus.
"Minuman manis dalam jangka panjang juga dapat menyebabkan ketidakseimbangan mikrobiota (kuman baik) di usus dan risiko kesehatan lain," katanya.
Editor : Sazili MustofaEditor Jakarta