GARUT, iNewsGarut.id - Nama Desa Maroko mendadak viral di media sosial. Keviralan desa ini merupakan imbas kemenangan timnas Maroko yang sukses mengalahkan Spanyol di babak perempat final Piala Dunia 2022.
Meski memiliki kesamaan nama, ternyata Desa Maroko sendiri bukan berada di negara Maroko, melainkan di Indonesia tepatnya di wilayah Kabupaten Garut.
Desa Maroko sendiri memiliki fakta dan keunikan-keunikan yang berbeda dari wilayah lainnya yang ada di Garut. Sosok pendirinya pun akhirnya terkuak.
Berikut deret fakta Desa Maroko di Garut:
1. Letak Desa Maroko
Berdasarkan penelusuran dari berbagai sumber, Desa Maroko berada di Kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut. Desa ini juga berjarak 78,6 Km dari pusat Kota.
Desa Maroko berbatasan dengan Desa Simpang di bagian timur, Desa Sagara di bagian barat, Kecamatan Peundey di bagian utara, dan Desa Sancang di bagian selatan.
Desa Maroko merupakan pemekaran dari Kawedanaan Pameungpeuk yang saat ini Kecamatan Pameungpeuk.
"Dulu (Desa Maroko) bagian dari Kawedanaan Pameungpeuk," ungkap Kepala Desa Maroko Suryana, dilansir dari iNewsJabar.id, Kamis (8/12/2022).
Fakta Desa Maroko di Garut Viral gegara Piala Dunia 2022. Foto: IST
2. Berdiri 58 Tahun Silam dan Sosok Pendirinya
Sejarah Desa Maroko disebut berdiri sejak tahun 1964. Sosok pendirinya adalah Haji Umar yang merupakan tokoh penting sekaligus kepala desa pertama di desa tersebut.
"Waktu itu pak Haji Umar sebagai kepala desa pertama, nama kampungnya, yakni Kampung Maroko, dijadikan nama desa," tambah Suryana.
3. Jumlah Penduduk
Berdasarkan data Kementerian Dalam Negeri tahun 2022, jumlah warga di Desa Maroko tercatat sebanyak 4.157 jiwa atau 1.209 kepala keluarga (KK).
Kades Maroko Suryana menyebut, lebih dari 70 persen warganya merupakan penduduk asli Desa Maroko. Sedangkan sisanya merupakan pendatang dari luar, seperti dari desa-desa tetangga di Kecamatan Cibalong.
“Ada juga warga yang merupakan pindahan dari wilayah kecamatan lain di Kabupaten Garut. Bahkan dari Tasikmalaya dan Bandung juga ada (bermukim di Desa Maroko)," paparnya.
Suryana menuturkan, mayoritas penduduk Desa Maroko bekerja sebagai petani dan penyadap karet dengan kondisi geografis perbukitan dan pegunungan.
4. Jalan Penghubung Desa Masih Rusak
Kondisi jalan di Desa Maroko, Kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut, sangat memprihatinkan. Foto (Istimewa)
Menurut Kades Suryana, sebagai penghubung antar wilayah, infrastruktur jalan Desa Maroko punya peran yang sangat penting bagi masyarakat.
Namun ternyata, beberapa infrastruktur jalan di wilayah desa ini masih jauh dari kata layak.
Suryana mengaku ada beberapa ruas jalan di Desa Maroko yang harus dibangun dan diperbaiki. Terjalnya medan dan kurang baiknya kondisi infrastruktur, diakui Suryana akan menghambat akses transportasi masyarakat.
"Ada jalan yang harus dibangun dan diperbaiki di Desa Maroko ini. Kondisi terjalnya medan jalan sering menghambat aktivitas masyarakat," ujarnya.
Lanjut Suryana, akses menuju desanya cukup sulit dilalui dengan kondisi sinyal yang minim. "Komunikasi juga sulit, kondisi jalan hanya bisa dilalui colt diesel dan motor, avanza tidak masuk," ungkapnya.
Maka dari itu, Suryana pun meminta agar pemerintah mau ulurkan tangan untuk membantu pembangunan Desa Maroko.
"Semoga viralnya nama desa kami dapat menggugah pemerintah untuk membantu dari segi pembangunan," imbuhnya.
5. Warga Desa Maroko Banggakan Timnas Maroko yang Lolos 8 Besar Piala Dunia 2022
Lantaran punya nama yang sama, warga Desa Maroko merasa bangga atas kemenangan yang ditorehkan oleh Maroko, salah satu negara di kawasan Afrika Utara itu.
"Alhamdulillah Maroko masuk 16 besar piala dunia Qatar 2022 (sekarang lolos 8 besar). Indonesia patut berbangga, karena Maroko termasuk wilyah Indonesia yang berda di wiayah Garut," tulis seortang warganet di media sosial.
Kesamaan nama dengan desa yang dipimpinnya pun menjadi salah satu alasan kenapa Suryana mendukung penuh Timnas Maroko.
"Semoga Maroko bisa menang Piala Dunia 2022 di Qatar. Desa kami memiliki kesamaan nama, meski sejarah penamaan ini tentu berbeda dengan penamaan negara Maroko," pungkasnya.
Editor : Hikmatul Uyun