Di balik suksesnya ibadah umroh tersebut, para santri akan diminta untuk menabung Rp1,7 juta per bulannya selama 3 tahun.
Bayaran bulanan tersebut sudah termasuk ke dalam fasilitas pesantren mencangkup biaya makan, kegiatan belajar, ekstra kurikuler dan laundry.
"Kami merupakan sekolah elit, tapi elit dari pelayanan dan kualitas pendidikan bukan dari biaya masuk atau bayaran per bulannya. Jadi program umroh ini merupakan komitmen pondok untuk para santri," kata Giri.
Enam bulan sebelum berangjat ke Tanah Suci, pihak pesantren juga melakukan persiapan yang tidak mudah. Mulai dari mengurus paspor, memastikan para santri telah divaksin lengkap dan melakukan pelatihan manasik haji/umrah yang sudah menjadi kurikulum pondok pesantren.
"Membuat paspor untuk para santri ini tidak mudah sebab kendalanya banyak yang belum memiliki KTP. Ada juga usianya yang belum genap 17 tahun. Maka enam bulan itu kami berusaha membereskan urusan paspor dan mengejar vaksin bagi santri yang belum lengkap vaksinnya," ungkapnya.
Selain beribadah umroh, Giri Fajar Wibawa menuturkan, awalnya pihak pesantren merencanakan pembagian raport dan wisuda para santri di Makkah.
Namun rencana tersebut diurungkan lantaran para santri sibuk mengurus pendaftaran masuk universitas.
"Rencana pembagian raport dan wisuda saat umroh kami batalkan mengingat mereka sedang disibukkan dengan mengurus pendaftaran kuliah. Tapi kami mengambil hikmahnya, ada yang bisa mereka lakukan selama umroh yakni dapat berdoa agar diterima di kampus yang mereka inginkan," ucapnya.
Viralnya umroh santri pondok pesantren Darul Arqam diharapkan menjadi inspirasi bagi pondok pesantren dan para santri yang lain.
"Saat ini pemerintah mendorong bagaimana caranya pondok pesantren bisa mandiri. Bahkan Gubernur Jawa Barat membuat program One Product One Pesantren agar pesantren dapat mandiri secara ekonomi. Dan Darul Arqam bisa membuktikan itu," tuturnya.
Editor : Hikmatul Uyun