"Kemudian naiknya harga bahan bakar minyak (BBM) non subsidi yang diikuti langkanya bahan bakar bersubsidi. Salah satu contohnya yakni bahan bakar jenis pertamax yang mengalami peningkatan dari Rp9.500 menjadi Rp12.500 per liter. Mungkin hal ini tidak terlalu berdampak bagimasyarakat ekonomi ke atas, namun akan menjadi penderitaan bagi masyarakat ekonomi tingkat menengah ke bawah, karena untuk mendapatkan BBM bersubsidi sulit karena langka," ungkap Pian.
Kesulitan untuk mendapatkan BBM bersubsidi ini membuat masyarakat menengah ke bawah terpaksa membeli BBM non subsidi. Terakhir, mahasiwa juga menolak mengenai kenaikan PPN.
"Kenaikan PPN walaupun hanya satu persen, namun jika diterapkan secara masif tentu akan berdampak pada pengeluaran masyarakat. Maka dari itu, kami dengan tegas menyatakan penolakan atas naiknya harga pokok, harga BBM dan PPN," katanya.
Mahasiswa pun meminta agar para wakil rakyat di Garut menyampaikan aspirasi mereka. Aksi di gerbang DPRD Garut itu dijaga ketat aparat kepolisian.
Adapun sejumlah organisasi tempat mahasiswa yang menggelar aksi ini bernaung adalah KAMMI, GMNI, PMII, IMM, Hima Persis, dan Himi Persis.
Editor : ii Solihin